Friday, 24 February 2017

Makalah Metode Tabligh

BAB I
PENDAHULUAN
Seorang da’i atau mubaligh dalam menentukan strategi dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan dan kecakapan di bidang metodologi. Selain itu bila pola berfikir kita berangkat dari pendekatan sistem (system apprach), di mana dakwah merupakan suatu sistem dan metodologi merupakan salah satu komponen dan unsurnya, maka metodologi mempunyai peranan dan kedudukan  yang sejajar atau sejajar dengan unsur- unsur lainya seperti tujuan dakwah, sasaran masyarakat, subyek dakwah (dai atau mubaligh). Dan tidak bisa ditinggalkan pentingnya sebuah  materi dakwah juga menentukan metode yang seperti apa yang nantinya akan dipergunakan dalam berdakwah.   
Ketika seseorang inggin berdakwah juga harus memperhatikan media dakwah yang mana juga memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Media dakwah mencangkup keseluruhan aktifitas (kegiatan) dakwah walaupun itu bersifat sederhana dan sementara. Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
Dalam semua aktivitas dakwah tentunya sebuah sasaran haruslah dirumuskan agar tujuan umum dakwah dapat tercapai dengan cara dan tahapan yang realistis. Jadi dari semua pemaparan di atas merupakan sarana untuk mencapai sebuah tujuan dakwah yang efektif dan efisien agar lebih jelasnya perlunya pembahasan yang lebih detail dalam makalah ini.




BAB II
PEMBAHASAN
Tabligh secara bahasa, berasal dari kata balagha, yuballighu ,teblighan yang berarti menyampaikan. Tabligh adalah kata kerja tanstif, yang berarti membuat seseorang sampai menyampaikan atau melaporkan dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang menyampaikan disebut Mubaligh. Dalam pandangan  Muhammad A’la Thanvi membahas tabligh sebagai sebuah istilah ilmu dalam retorika, yang didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang secara fisik maupun logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara cisa terpengaruh, terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang disampaikan. Jadi menurut pendapay ini, dalam Tabligh ada aspek yang berhubungan dengan kepiawaian penyampai pesan dalam merangkao kata-kata yang mampu membuat lawan bicara terpesona. Menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah memberikan informasi yang benar, pengetahuan factual, dan harkat pasti yang bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan. Dalam kosep islam, Tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pengikut dan umatnya.[1]
A.    Metode Tabligh
1.      Pengertian Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara)[2]. Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Tabligh menurut pendapat Bakhial Khauli adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari suatu keadaan kepada keadaan lain.[3] Sedangkan Syaikh Ali mahfudz berpendapat Tabligh adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.[4]
Dari pengertian ditas dapat diambil pengertian bahwa metode Tabligh adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang Da’i kepada Mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.[5]
Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan Tabligh harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan yang mulia atas diri manusia.
2.      Bentuk-bentuk Metode Tabligh
a.       Al-Hikmah
Sebagai metode Tabligh, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Al-hikmah juga diartikan sebagai kemampuan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik Tabligh dengan kondisi objektif mad’u. Disamping itu juga al-hikmah diartikan sebagai kemampuan seorang da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam, serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam Tabligh.
b.      Al-mauidzatul Hasanah
Makna mauidzatul hasanah adalah kata-kata yang masuk kedalam qalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain, sebab kelemah lembutan dalam menasehati sering kali dapat meluluhkan yang keras dan menjinakkan qalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.
c.       Al-mujadalah Billati Hiya Ahsan
Maksudnya adalah tukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat.
B.     Teknik dan Taktik Tabligh
1.      Pengertian Teknik Tabligh
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, kita memerlukan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi, dalam setiap penerapan metode, dibutuhkan beberapa teknik.[6]
Pada garis besarnya, bentuk Tabligh ada 2 yaitu:
a.         Tabligh Lisan (Khitabah)
b.         Tabligh Tulis (Kitabah)
Berdasarkan kedua bentuk Tabligh tersebut, maka metode dan teknik Tabligh dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)      Metode Ceramah
a)      Teknik pesiapan ceramah
b)      Teknik penyampaian ceramah
c)      Teknik penutupan ceramah
2)      Metode Diskusi
a)      Manfaat dan macam-macam diskusi
b)      Teknik pelaksanaan diskusi
3)      Metode Konseling
a)      Teknik non direktif
b)      Teknik direktif
c)      Teknik elektik
4)      Metode Karya Tulis
a)      Teknik penulisan
b)      Teknik penulisan surat (korespondensi)
c)      Teknik pembuatan gambar
5)      Metode Pemberdayaan Masyarakat
a)      Teknik non partisipasi
b)      Teknik tekonisme
c)      Teknik partisipasi / kekuasaan masyarakat
6)      Metode Kelembagaan
a)      Manejemen SDM pengurus lembaga Tabligh (man)
b)      Manejemen keuangan lembaga Tabligh (money)
c)      Manejemen strategi lembaga Tabligh (method)
d)     Manejemen sarana lembaga Tabligh (machine)
e)      Manejemen produk lembaga Tabligh (material)
f)       Manejemen pemasaran lembaga Tabligh (market)
2.      Pengertian Taktik Tabligh
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya individual, masing-masing orang memiliki taktik yang dalam menggunakan teknik yang sama, setiap orang yang menjalankan kegiatan Tabligh masing-masing memiliki pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini juga berlaku saat menghadapi mitra Tabligh yang berbeda. Dengan demikian keberhasilan Tabligh lebih bersifat kasuistik. Keberhasilan Tabligh dengan suatu metode dan teknik belum tentu sukses dalam Tabligh yang lain.


Taktik Tabligh dapat menjadi identitas individu, setiap orang cenderung pada taktik tertentu, meski taktik yang lain bisa dilakukannya. Ada taktik dominant dalam diri kita, sehingga ini yang sering muncul dari kita, baik disadari maupun tidak disadari, taktik hampir bersama dengan karakter kita.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seorang da’i juga hendaklah memilih metode dan media yang sifatnya ialah dari dimensi masa ke masa yang terus berkembang, seperti mimbar, panggung, media cetak, atau elektronik (radio, internet, televisi, komputer). Kemudian dengan mengembangkan media atau metode kultural dan struktural, yakni pranata sosial, seni, karya budaya, dan wisata alam. Juga dengan mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik, lukisan, dan sebagainya.
B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
DarussalamGhazali, 1996Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia: Nur Siaga SDN BHD.
Ghazali, M. Bahri, 1997Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
SayidAbdul Kadir Abd, Rauf, 1987Dirasah Fid Dakwah al- Islamiyah, Kairo: Dar El-Tiba’ah al-Mahdiyah.
SyabibiRidho, 2008Metodologi Ilmu Da’wah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
TasmaraToto, 1997Komunikasi DakwahJakarta: Gaya Media Pratama,.
Tim Penulis, Lihat M. Arifin, 1991Ilmu Pendidikan Islam .Jakarta: Bumi Aksara.





[1] Ridho Syabibi, Metodologi Ilmu Da’wah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 42
[2] Tim Penulis, Lihat M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) Hal.61
[3] Ibid, Lihat Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Siaga SDN BHD, 1996), Hal.5
[4] Abdul Kadir Sayid Abd, Rauf, Dirasah Fid Dakwah al- Islamiyah, (Kairo: Dar El-Tiba’ah al-Mahdiyah, 1987), Hal.10
[5] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) Hal. 43
[6] Ghazali, M. Bahri, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997)

No comments:

Post a Comment