BAB I
PENDAHULUAN
Seorang da’i atau mubaligh dalam menentukan strategi
dakwahnya sangat memerlukan pengetahuan dan kecakapan di bidang metodologi.
Selain itu bila pola berfikir kita berangkat dari pendekatan sistem (system
apprach), di mana dakwah merupakan suatu sistem dan metodologi merupakan salah
satu komponen dan unsurnya, maka metodologi mempunyai peranan dan
kedudukan yang sejajar atau sejajar dengan unsur- unsur lainya seperti
tujuan dakwah, sasaran masyarakat, subyek dakwah (dai atau mubaligh). Dan tidak
bisa ditinggalkan pentingnya sebuah materi dakwah juga menentukan metode
yang seperti apa yang nantinya akan dipergunakan dalam
berdakwah.
Ketika seseorang inggin berdakwah juga harus
memperhatikan media dakwah yang mana juga memiliki peranan atau kedudukan sebagai
penunjang tercapainya tujuan. Media dakwah mencangkup keseluruhan aktifitas
(kegiatan) dakwah walaupun itu bersifat sederhana dan sementara. Dengan
demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat
berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
Dalam semua aktivitas dakwah tentunya sebuah sasaran
haruslah dirumuskan agar tujuan umum dakwah dapat tercapai dengan cara dan tahapan
yang realistis. Jadi dari semua pemaparan di atas merupakan sarana untuk
mencapai sebuah tujuan dakwah yang efektif dan efisien agar lebih jelasnya
perlunya pembahasan yang lebih detail dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Tabligh secara bahasa, berasal dari kata
balagha, yuballighu ,teblighan yang berarti menyampaikan. Tabligh adalah kata
kerja tanstif, yang berarti membuat seseorang sampai menyampaikan atau
melaporkan dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa
Arab, orang yang menyampaikan disebut Mubaligh. Dalam pandangan
Muhammad A’la Thanvi membahas tabligh sebagai sebuah istilah ilmu dalam
retorika, yang didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang secara
fisik maupun logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara cisa
terpengaruh, terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang
disampaikan. Jadi menurut pendapay ini, dalam Tabligh ada aspek yang
berhubungan dengan kepiawaian penyampai pesan dalam merangkao kata-kata yang
mampu membuat lawan bicara terpesona. Menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah
memberikan informasi yang benar, pengetahuan factual, dan harkat pasti yang
bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam
suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan. Dalam kosep islam, Tabligh
merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi
Muhammad sebagai utusan Allah beliau menerima risalah dan diperintahkan untuk
menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan
oleh pengikut dan umatnya.[1]
A.
Metode Tabligh
1. Pengertian Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari
dua kata “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara)[2]. Dengan demikian kita dapat artikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan. Sedangkan Tabligh menurut pendapat Bakhial Khauli adalah suatu proses
menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari
suatu keadaan kepada keadaan lain.[3]
Sedangkan Syaikh Ali mahfudz berpendapat Tabligh adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan jelek, agar mereka mendapat kebahagiaan dunia
dan akhirat.[4]
Dari pengertian ditas dapat diambil
pengertian bahwa metode Tabligh adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang Da’i kepada Mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan
kasih sayang.[5]
Hal ini mengandung arti bahwa
pendekatan Tabligh harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented
menempatkan yang mulia atas diri manusia.
2. Bentuk-bentuk Metode Tabligh
a.
Al-Hikmah
Sebagai metode Tabligh, al-Hikmah
diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih,
menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Al-hikmah juga diartikan
sebagai kemampuan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik Tabligh
dengan kondisi objektif mad’u. Disamping itu juga al-hikmah diartikan sebagai
kemampuan seorang da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam, serta realitas
yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu
al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan
teoritis dan praktis dalam Tabligh.
b.
Al-mauidzatul
Hasanah
Makna mauidzatul hasanah adalah
kata-kata yang masuk kedalam qalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam
perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan
orang lain, sebab kelemah lembutan dalam menasehati sering kali dapat
meluluhkan yang keras dan menjinakkan qalbu yang liar, ia lebih mudah
melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.
c.
Al-mujadalah
Billati Hiya Ahsan
Maksudnya adalah tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat.
B.
Teknik dan Taktik Tabligh
1.
Pengertian Teknik Tabligh
Teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan, kita memerlukan metode. Strategi menunjuk pada
sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan metode adalah cara
yang digunakan untuk melaksanakan strategi, dalam setiap penerapan metode,
dibutuhkan beberapa teknik.[6]
Pada garis besarnya, bentuk Tabligh ada 2 yaitu:
a.
Tabligh Lisan (Khitabah)
b.
Tabligh Tulis (Kitabah)
Berdasarkan kedua bentuk Tabligh
tersebut, maka metode dan teknik Tabligh dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Metode Ceramah
a) Teknik pesiapan ceramah
b) Teknik penyampaian ceramah
c) Teknik penutupan ceramah
2) Metode Diskusi
a) Manfaat dan macam-macam diskusi
b) Teknik pelaksanaan diskusi
3) Metode Konseling
a) Teknik non direktif
b) Teknik direktif
c) Teknik elektik
4) Metode Karya Tulis
a) Teknik penulisan
b) Teknik penulisan surat (korespondensi)
c) Teknik pembuatan gambar
5) Metode Pemberdayaan Masyarakat
a) Teknik non partisipasi
b) Teknik tekonisme
c) Teknik partisipasi / kekuasaan masyarakat
6) Metode Kelembagaan
a) Manejemen SDM pengurus lembaga Tabligh (man)
b) Manejemen keuangan lembaga Tabligh (money)
c) Manejemen strategi lembaga Tabligh (method)
d) Manejemen sarana lembaga Tabligh (machine)
e) Manejemen produk lembaga Tabligh (material)
f) Manejemen pemasaran lembaga Tabligh (market)
2.
Pengertian Taktik Tabligh
Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya individual,
masing-masing orang memiliki taktik yang dalam menggunakan teknik yang sama,
setiap orang yang menjalankan kegiatan Tabligh masing-masing memiliki
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan ini juga berlaku saat menghadapi mitra Tabligh yang berbeda. Dengan
demikian keberhasilan Tabligh lebih bersifat kasuistik. Keberhasilan Tabligh
dengan suatu metode dan teknik belum tentu sukses dalam Tabligh yang lain.
Taktik Tabligh dapat menjadi identitas
individu, setiap orang cenderung pada taktik tertentu, meski taktik yang lain
bisa dilakukannya. Ada taktik dominant dalam diri kita, sehingga ini yang
sering muncul dari kita, baik disadari maupun tidak disadari, taktik hampir bersama
dengan karakter kita.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seorang
da’i juga hendaklah memilih metode dan media yang sifatnya ialah dari dimensi
masa ke masa yang terus berkembang, seperti mimbar, panggung, media cetak, atau
elektronik (radio, internet, televisi, komputer). Kemudian dengan mengembangkan
media atau metode kultural dan struktural, yakni pranata sosial, seni, karya
budaya, dan wisata alam. Juga dengan mengembangkan dan mengakomodasikan metode
dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama,
musik, lukisan, dan sebagainya.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya,
materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik,
saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Darussalam, Ghazali, 1996. Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia: Nur Siaga SDN BHD.
Ghazali, M. Bahri, 1997. Membangun Kerangka
Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
Sayid,
Abdul Kadir Abd, Rauf, 1987. Dirasah Fid Dakwah
al- Islamiyah, Kairo: Dar El-Tiba’ah al-Mahdiyah.
Syabibi,
Ridho, 2008. Metodologi Ilmu Da’wah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tasmara,
Toto, 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya
Media Pratama,.
Tim Penulis, Lihat M. Arifin, 1991. Ilmu Pendidikan
Islam .Jakarta: Bumi Aksara.
[1] Ridho Syabibi, Metodologi
Ilmu Da’wah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 42
[2] Tim Penulis, Lihat
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) Hal.61
[3] Ibid, Lihat
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Siaga
SDN BHD, 1996), Hal.5
[4] Abdul Kadir Sayid
Abd, Rauf, Dirasah Fid Dakwah al- Islamiyah, (Kairo: Dar El-Tiba’ah
al-Mahdiyah, 1987), Hal.10
[5] Toto Tasmara, Komunikasi
Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) Hal. 43
[6] Ghazali, M. Bahri,
Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1997)
No comments:
Post a Comment