BAB I
PENDAHULUAN
Bisnis
merupakan sebuah kegiatan yang telah mengglobal. Setiap sisi kehidupan diwarnai
oleh bisnis. Dalam lingkup yang besar, Negara pastinya terlibat dalam proses
bisnis yang terjadi. Tiap-tiap Negara memiliki sebuah karakteristik sumber daya
sendiri sehingga tidak mungkin semua Negara merasa tercukupi oleh semua sumber
daya yang mereka miliki. Mulai dari ekspedisi Negara Eropa mencari
rempah-rempah di Asia sampai perdagangan minyak Internasional merupakan bukti
bahwa dari dulu sampai sekarang sebuah Negara tidak dapat bertahan hidup tanpa
keberadaan bisnis dengan Negara lainnya. Dewasa ini, pengaruh globalisasi juga
menjadi faktor pendorong terciptanya perdagangan internasional yang lebih luas.
Kemajemukan ekonomi dan sistem perdagangan berkembang menjadi sebuah kesatuan
sistem yang saling membutuhkan. Ekspor-Impor multinasional menjadi sesuatu yang
biasa. Komoditi nasional dapat diekspor menjadi pendapatan Negara, serta
produk-produk asing dapat diimpor demi memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Akhir-akhir ini pelanggaran etika bisnis dan
persaingan tidak sehat dalam upaya penguasaan pangsa pasar terasa semakin
memberatkan para pengusaha menengah kebawah yang kurang memiliki kemampuan
bersaing karena perusahaan besar telah mulai merambah untuk menguasai bisnis
dari hulu ke hilir. Perlu adanya sanksi yang tegas mengenai larangan prakti
monopoli dan usaha yang tidak sehat agar dapat mengurangi terjadinya
pelenggaran etika bisnis dalam dunia usaha.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Etika Bisnis di Era
Globalisasi
Perkembangan internet dan bisnis yang menyertainya
dalam beberapa tahun ini juga makin terasa dampaknya dalam aktivitas masyarakat
keseharian. Kemudahan komunikasi yang disajikan memungkinkan perolehan
informasi seketika. Dekade ini menyajikan kemajuan luar biasa dalam
ketersediaan informasi, kecepatan komunikasi, bahan-bahan baru, kemajuan
biogenetika, obat-obatan, serta keajaiban elektronika. Kemajuan teknologi
komputasi, telepon, dan televisi telah memberikan dampak besar terhadap cara perusahaan
menghasilkan dan memasarkan produk mereka. Karena teknologi telah memberikan
makanan, pakaian, perumahan, kendaraan, dan hiburan baru yang lebih bervariasi.
Jarak geografis dan budaya telah menyempit dengan munculnya pesawat udara,
mesin faks, sambungan telepon, dan komputer global serta siaran televisi
satelit. Kemajuan-kemajuan ini memaksa perusahaan untuk mengerti bahwa hakikat
pasar tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu.[1]
Globalisasi dan teknologi telah mendorong seleksi
alamiah yang mengarah pada ‘yang terkuat yang bertahan’. Keberhasilan pasar
akan didapat oleh perusahaan yang mampu menyesuaikan diri dengan persyaratan
lingkungan saat ini, yaitu mereka yang mampu memberikan apa yang siap dibeli
orang. Baik individu, bisnis, kota bahkan seluruh negara harus menemukan cara
menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu barang dan
jasa yang menarik minat beli.
Dalam era
globalisasi berarti setiap orang bisa mendapatkan informasi dengan mudah dan
dari mana saja dalam waktu yang singkat, segala sesuatu yang terjadi di belahan
dunia manapun bias diakses oleh setiap orang, pergolakan ekonomi dan perubahan
mata uang dunia dapat dilacak dari kantor / tempat kerja hanya lewat alat
elektronik yang canggih yaitu komputer. Jadi permasalahan dan tantangan
berbisnis di Indonesia khususnya sangatlah multi kompleks baik dari dalam
perusahaan sendiri maupun dari luar seperti halnya persaingan mutu produk atau
pemasaran dalam perdagangan pasar dunia yang mengglobal.
Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi
sangat tajam, baik di pasar domestic (nasional) maupun di pasar internasional
atau global. Tanpa terkecuali di Negara kita, dunia usaha di Indonesia juga
berkembang dengan pesat. Perdagangan bebas AFTA (ASEAN Free Trade Area) di tahun
2003 dan APEC (Asia-Pacific Economic
Cooperation) mulai tahun 2020 memberikan kesempatan para produsen untuk
memasarkan produknya secara bebas.[2]
Sebagai dampak globalisasi dan perubahan teknologi,
situasi pasar saat ini didorong ke arah keadaan yang berbeda jauh sekali
dibandingkan situasi pasar sebelumnya.
Perubahan-perubahan tersebut tampak pada berbagai
fenomena, antara lain:
1.
Kekuasaan saat ini sudah
beralih ke tangan konsumen.
2.
Skala produksi yang besar
tidak lagi merupakan keharusan.
3.
Batasan-batasan negara dan
wilayah tidak lagi menjadi kendala.
4.
Teknologi dengan cepat
dapat dikuasai dan ditiru.
5.
Setiap saat akan muncul
pesaing-pesaing dengan biaya yang lebih murah.
6.
Meningkatnya kepekaan
konsumen terhadap harga dan nilai.
B.
Peran Etika Bisnis
di Era Global
Era
globalisasi adalah situasi dan keadaan yang seolah-olah tanpa batas antar
orang, tugas, tempat, ruang atau dengan kata lain “mendunia.”
Sehingga
dalam menjalankan bisnis dalam era globalisasi ini para pelaku bisnis
menghadapi tantangan utama, yakni :[3]
- Pelanggan lebih menuntut kecepatan waktu, dan budaya instant sudah menjadi trend masa kini. Hal ini menjadikan waralaba yang laris adalah yang dapat menyediakan makanan cepat saji.
- Etika-etika dalam bisnis kurang diperhatikan oleh pelaku bisnis yang memang hanya mengandalkan kekuatan dan kekuasaan saja, sehingga terjadilah pengkotak-kotakan kepada pelaku bisnis menurut suku, etnis ataupun agama.
- Pelanggan kini lebih cerdas dan kritis, dalam arti mereka tidak hanya melihat harga tetapi juga membandingkan dengan mutu atau kualitas produk dan pasti akan mengklaim jika kecewa terhadap suatu produk yang dibelinya.
- Ditentukan adanya standar mutu tertentu yang diputuskan secara bersama-sama oleh suatu komite yang ditunjuk, misalnya ISO.
- Tingkat ekspansi dan persaingan bisnis sangat tinggi, baik secara domestic maupun internasional, begitu suatu produk muncul di pasaran dan ‘booming’ , pasti dalam sekejap ada produk lain yang meniru, entah halal maupun tidak.
- Perubahan yang sangat cepat kadang-kadang tak terduga atau memang sulit diduga, misalnya setelah terjadi pemboman gedung WTC di AS oleh teroris, pasar modal dunia menjadi lesu dan bergejolak tak menentu, yang pasti dampaknya ke aspek bisnis yang sangat mengejutkan bagi setiap pelaku bisnis.
- Muncul ketidak pastian di sekitar hal-hal yang berkaitan dengan sumberdaya manusia, misalnya bagaimana memotivasi karyawan dengan bermacam-macam latar belakang pendidikannya, bagaimana mendapatkan karyawan yang berkualitas, cerdas, berwawasan luas dalam lingkup domestic dan internasional.
Tidak
dapat dipungkiri dunia bisnis dalam era global ini dihadapkan pada proses
perubahan yang begitu cepat dan rumit. Untuk itu kebutuhan akan perubahan yang
dinamis dalam berbagai hal seperti visi, misi, tujuan dan sistem berpikir
menjadi hal pokok yang harus dimiliki perusahaan. Dalam konteks
organisasi belajar, setiap individu organisasi bisnis harus memiliki komitmen
dan kapasitas untuk belajar pada setiap tingkat apapun dalam perusahaannya.
Dengan kata lain setiap pekerjaan harus mengandung unsur pembelajaran yang
semakin aktif.
Membawa
perusahaan ke arah sukses adalah impian dan harapan setiap pemimpin bisnis,
sepertinya memang mudah jika hanya berupa teori, namun akan menjadi sulit jika
harus diterapkan menjadi suatu rancangan strategi yang menghasilkan program
masa depan dan mampu menjawab tantangan.
Oleh
karena itu dibutuhkan seorang pemimpin yang unggul dengan etika sebagai berikut
:[4]
1. Memiliki tujuan yang
tepat.
Penetapan
tujuan merupakan salah satu langkah dasar yang sangat penting untuk menuju
tangga sukses dan jika kita merencanakan terlebih dahulu, pasti akan senang
melihat banyak hal yang kita inginkan itu bisa terwujud.
Agar
tujuan lebih bisa terukur kinerjanya, maka perlu diingat SMART [Spesific,
Measurable, Attainable, Realistic, Tangible].
Tanpa
menetapkan tujuan, visi kita hanya tetap menjadi angan-angan. Dan satu hal yang
pasti adalah sikap realistis kita, yakni untuk mencapai tujuan haruslah ada
kerja keras atau usaha besar dan tingkat usaha kita sesuai dengan tujuan yang
telah kita tetapkan.
2. Berpikir imajinatif dan
inovatif.
Yang
dimaksudkan adalah seorang pemimpin yang senantiasa berpikir ke arah masa
depan, membuat rancangan-rancangan strategi yang imajiner tetapi tetap berpijak
pada realitas perusahaan, masa kini dan kemampuan diri.
3. Memiliki antusiasme yang
berasal dari dalam hati.
Menanamkan
rasa antusiasme dalam diri kita merupakan energi positif untuk membangkitkan
semangat kerja.
Abraham
Lincoln pernah mengatakan, “Aku akan mempersiapkan diri dan pasti kesempatanku
untuk sukses akan tiba.” Itulah
antusiasme yang ditanamkan dalam diri sendiri, selama perjalanan menuju kursi
kepresidenan, beliau telah melewatinya dan berhasil.
4. Berorientasi pada
pelayanan.
Pemahaman
baru dan lebih manusiawi adalah proses kerja yang menempatkan pelanggan sebagai
posisi yang paling tinggi dan paling penting karena mereka adalah bagian yang
paling utama dalam bisnis.
Selain
keharusan mengubah diri, dunia usaha juga harus melihat perubahan itu sendiri
secara baru. Pemimpin seharusnya selalu membuat perubahan terus menerus sebagai
cirri utama kinerjanya dalam perusahaan.
5. Memiliki sifat pemberani
dan bertanggung jawab.
Sifat
ini juga merupakan bagian yang penting untuk sukses, sepertinya tak aka nada
pertumbuhan dan perkembangan pribadi jika kita tidak berani berubah dan
disiplin dalam bekerja.
Para
pemimpin besar adalah orang-orang yang pemberani dalam artian mereka berani
menghadapi tantangan, bahaya, hambatan maupun gangguan yang ada di sekitarnya;
keberanian di sini diartikan sebagai kesediaan untuk bekerja di jalan yang
berbahaya dan melakukan hal yang berbahaya jika memang diperlukan bukan karena
semata-mata ingin hidup dalam bahaya bahaya, namun karena ingin menyelesaikan
pekerjaan dengan baik; intinya bahwa seorang pemberani tidak takut terhadap
masalah, menganalisanya dan memusatkan pada solusi yang akan dicapai serta
menerapkannya pada tindakan nyata.[5]
Sedangkan
ciri orang yang bertanggung jawab adalah memiliki komitmen dan dedikasi dalam
melakukan suatu pekerjaan sehingga tujuan yang dicapai bukanlah seberapa besar
penghasilan atau keuntungan semata, melainkan demi tujuan kemajuan perusahaan
dan perkembangan diri. Sebelum tujuan akhir tercapai, mereka tidak akan
berhenti, karena seorang pemimpin sejati tidak mengenal kata menyerah atau
putus asa.
Sebagai
manajer, dia bersama karyawan seharusnya terdorong untuk selalu melakukan
kajian dengan menghasilkan gagasan-gagasan baru dan mengkontribusikannya pada
perusahaan. Sikap manajer yang mungkin selama ini begitu toleran terhadap
setiap kesalahan karyawan manajer patut diubah. Manajer harus mengambil posisi
untuk mencegah terjadinya resiko besar dari suatu kesalahan kerja. Memang suatu
ke berhasilan biasanya didasarkan pada kegagalan yang pernah dialaminya. Namun
manajer harus mengevaluasi setiap kegagalan dan melakukan evaluasi diri.
Fungsi
manajer adalah lebih sebagai peneliti dan sekaligus perancang ketimbang hanya
sebagai penyelia. Dalam hal ini manajer harus mendorong para karyawan untuk
menciptakan gagasan baru, sekecil apapun, dan mengkomunikasikan gagasan-gagasan
tersebut ke karyawan lain. Selain itu hendaknya manajer mendorong karyawan
untuk mengerti keseluruhan pekerjaan dan permasalahannya, membangun visi
kolektif dan bekerja bersama mencapai tujuan perusahaan.
Untuk
menghadapi perubahan pasar yang sangat cepat sangatlah diperlukan perencaan
yang tepat. Perencanaan bisnis yang baik harus dapat secara jelas menggambarkan
karakteristik bisnis yang sedang atau akan dilaksanakan sehingga pihak-pihak
yang tertarik dapat melihat secara transparan dan mengerti dengan jelas prospek
perkembangannya dimasa yang akan datang. Perencanaan bisnis yang baik harus
memuat asumsi-asumsi serta alasan yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan,
seperti dasar perhitungan besarnya permintaan dan proyeksi penjualan,
perhitungan harga pokok penjualan, strategi-strategi yang akan dilakukan, serta
berbagai strategi manajemen untuk pengembangan bisnis.[6]
Rencana
bisnis yang disusun secara cermat akan sangat menolong dalam pengambilan
keputusan karena subtansinya mencakup strategi, target, dan posisi bisnis di
tengah-tengah persaingan yang ada. Agar semua tujuan tersebut tercapai, sangat
diperlukan strategi untuk mencapai keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing ini
penting untuk diketahui dalam penyusunan perencanaan bisnis karena tidak lepas
dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu bagaiman kegiatan operasional perusahaan
dapat berjalan lancar dengan meminimalkan seluruh biaya yang ditimbulkan dan
memaksimalkan keuntungan.
Disamping
itu juga harus diperlukan berbagai upaya penyelarasan dengan prinsip-prinsip
pemasaran modern, yaitu kepuasan konsumen (customer satisfaction) atau
menyediakan barang dan jasa yang sesuai keinginan konsumen, kualitas yang
diinginkan konsumen, harga yang kompetitif, layanan yang tepat waktu
(just-in-time), serta memelihara kesetiaan pelanggan (customer loyalty).[7]
Mencuri
perhatian khalayak merupakan tugas yang tidak mudah. Diperlukan kerjasama dan
komitmen yang tinggi dari perusahaan yang ingin sukses, dikenal dan diminati banyak
orang. Persaingan yang ketat antar perusahaan membuat para pelaku dunia bisnis
tersebut terus melakukan inovasi dan berani tampil beda dari para pesaingnya.
Setiap perusahaan juga harus menampilkan ciri khas yang tidak dimiliki oleh
perusahaan lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seorang pemimpin masa depan yang unggul haruslah
memiliki kemampuan melihat masa depan dan merencanakan strategi yang dapat
diterapkan serta mampu juga membangun rasa kepercayaan dan kepemilikan dalam
diri para karyawannya. Profil pemimpin unggul yang demikian tentunya akan
membawa perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yaitu perusahaan yang
bergerak di bidang jasa atau produk yang bermutu tinggi dan
keunggulan-keunggulan lain, misalnya harga bersaing, layanan cepat dan aman,
dan lain sebagainya.
Prestasi yang hebat tidaklah tercapai secara
kebetulan, namun harus dipikirkan secara serius dan diusahakan secara terus
menerus serta didukung oleh semua orang yang terlibat di dalamnya. Jadi
pemimpin yang unggul haruslah menjadi pemain sekaligus juga pelatih bagi
karyawan lainnya.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk merebut perhatian dari masyarakat yakni dengan konsep experiential marketing. Melalui konsep
ini, perusahaan mencoba melibatkan konsumen melalui emosi, perasaan, mendorong
mereka untuk berpikir, melakukan tindakan, maupun untuk menjalin komunitas.
Keberhasilan mengeksekusi lima elemen ini akan membuat merk tertanam lebih
dalam di hati konsumen.
Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus berusaha
untuk berada di deretan terdepan dalam benak konsumen pada saat konsumen
membutuhkan.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya,
materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik,
saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kwik Kian Gie, dkk, 1996, Etika
Bisnis Cina : Suatu Kajian Terhadap Perekonomian di Indonesia,
Gramedia, Jakarta.
Muhammad, Fauroni Lukman, 2002, Visi Al-Qur’an : Tentang Etika Bisnis,
Salemba Diniyah, Jakarta.
Solihin
Ismail.2006.Pengantar Bisnis. PrenadaMedia:Jakarta.
Sonny Keraf, 1998, Etika
Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta.
Swastha Basu, Ibnu Sukotjo, 1988, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan
Modern), Liberty, Yogyakarta.
Yusuf Qordhawi, 1997, Norma
dan Etika Ekonomi Islam, Gema Insani, Jakarta.
Widyatmini.1996.Diktat
Pengantar Bisnis. Gunadarma:Jakarta.
[1] Sonny
Keraf, , Etika
Bisnis Tuntutan dan Relevansinya, (Kanisius, Yogyakarta. 1998), h.
45
[2] Kwik
Kian Gie, dkk, , Etika
Bisnis Cina : Suatu Kajian Terhadap Perekonomian di Indonesia, (Gramedia,
Jakarta. 1996), h. 23
[3] Swastha
Basu, Ibnu Sukotjo, , Pengantar
Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern), (Liberty,
Yogyakarta. 1988), h. 32
[4] Widyatmini. Diktat Pengantar Bisnis.
(Gunadarma:Jakarta. 1996), h. 45
[5] Yusuf
Qordhawi, , Norma
dan Etika Ekonomi Islam, (Gema Insani, Jakarta1997),
h. 56
[6] Muhammad,
Fauroni Lukman, , Visi
Al-Qur’an : Tentang Etika Bisnis, (Salemba Diniyah, Jakarta. 2002),
h. 102
[7] Solihin Ismail. Pengantar Bisnis.
(PrenadaMedia:Jakarta. 2006), h. 78
No comments:
Post a Comment