EKONOMI MIKRO ISLAM
Dengan menolak redistribusi sebagai suatu cara penting utnuk meningkatkan standar idup si miskin, alternatif utama adalah pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana Pareto menegaskan hal ini. “Suatu pengurangan dalam ketidakmerataan pendapatan tidak dapat terjadi... kecuali ketika pendapatan total meningkat lebih cepat dibandingkan penduduk. Pernyataan Pareto ini berarti bahwa mendistribusikan tidak mungkin dan bahwa penghasilan dapat ditingkatkan hanya dengan suatu peningkaan produk. Dengan demikian, baik kaum liberal maupun konservatif dalam masyarakat Barat telah bersandar pada pertumbuhan ekonomi untuk menghindari pembuatan pertimbangan-pertimbangan distributif.
Dalam beberapa hal distribusi sumber daya ekonomi ekonomi secara otomatis akan menjadi semakin adil dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi mendapat penekanan yang tidak semestinya dan menjadi alat utama untuk mengurangi ketidakmerataan. Pertumbuhan yang tinggi memberikan suatu dorongan lebih besar buat penghasilan si kaya, sebab semua isntitusi kapitalis yang memperomosikan ketidakmerataan tersu berjalan mulus.
Walaupun perlunya pertumbuhan tak dapat disnagkal, namun penekanan yang tidak semestinya telah menciptakan sejumlah problem yang akan dikaji kemudian. Ia telah menekankan defisit anggaran dan neraca pembayaran, inlflasi dan stagflasi, dan beban pembayaran hutang.
Pandangan Skeptis
Bahkan di negara-negara kapitalis terdapat suatu pandangan skeptis mengenai kecukupan distribusi dari mekanisme pada dasar persaingan. Peranan “kegagalan pasar”, ketidakmampuan ekonomi pasar untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan dalam pemanfaatan sumber daya, juga semakin diakui. Diakui bahwa persaingan sempurna tidak terjadi, dan monopoli, peluang yang tidak merata, akses yang tidak menjamin pada sumber daya keuangan besar, penipuan dan pembatasan untuk memasuki suatu industri, suatu kawasan tertentu, atau suatu kedudukan, berperan besar dalam ketidak merataan pendapatan dan kekayaan yang ada.
Salah satu alasan terpenting ketidakmerataan pendapatan adalah tiadanya suatu distribusi bisnis dan saranan produksi yang meluas. Sistem perbankan memainkan suatu peran penting dalam masalah ini. Kredit hanya diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar. Galbraith dengan cepat menekankan bahwa, “sistem perencanaan dari perusahaan besar, ketika ia harus meminjam, maka ia menjadi klien favorite bank, perusahaan-perusahaan asuransi, dan bank-bank investasi. Selanjutnya ia menyatakan, “Mereka yang kurang memerlukan pinjaman dan yang paling disukai sebagai peminjam atau mereka yang kurang disukai bank ada dalam sistem pasar.
Kepentingan pribadi dalam bisnis-bisnis besar dan keuangan besar menjadi amat begitu kuat baik secara ekonomi maupun politik, sehingga boleh jadi akan mustahil untuk mendorong mereka melakukan perubahan-perubahan radikal yang diperlukan bagi suatu hasil yang lebibh baik.
Jalan Reformasi yang berduri: Bermulanya Negara Sejahtera.
Esensi General Theory-nya Keynes bukanlah pembicaraan mengenai fungsi preferensi likuiditas, atau fungsi konsumsi dan investasi tabungan (saving-investment), tetapi penolakan konsep klasik yang berlaku sejakan Adam Smith bahwa tingkat full employment dijamin secara otomatis. Keynes berpendapat bahwa ekonomi pasar bebas tidak dapat diharapkan untuk mempertahankan full employment dan kemakmuran selamanya. Ekonomi semacam itu dapat merosot ke dalam depresi panjang dan sungguh akan tetap mengalami depresi berlarut-larut. Kepercayaan bahwa pemberian waktu dalam suatu perekonomian pasar bebas yang mengalami depresi akan selalu memantulkan kemakmuran dalam jangka panjang adalah, menurut Keynes, didasarkan pada teori ekonomi yang salah.
Kurangnya Prioritas
Bagaimanapun harus ditekankan bahwa Keyens hanya menyinggung satu aspek negara sejahtera yakni pencapaian full employment. Untuk tujuan ini ia menetapkan suatu peranan yang lebih besar bagi pemerintah dalam semua manajemen permintaan efektif melalui kebijakan fiskal.
Keynes tidak menyinggung masalah prioritas. Dalam pandangannya, sistem kapitalis yang berlaku hanya gagal dalam penyelesaiannya menangani problem pengangguran, ia dengan tepat mengatasi problem alokasi sumber daya dan distribusi pendapatan. Dengan begitu Keynes mengkhususkan hanya pada suatu modifikasi kecil dalam sistem kapitalis untuk mempertahankan full employment.
Defisit pemberlanjaan, yang diusulkan oleh Keynes sebagai langkah kompensasi untuk memperketat resesi atau depresi, juga telah digunakan oleh kebanyakan pemerintah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan mendanai pengeluaran kesejahteraan sosial dan juga membangun pertahanan mereka. Ekspansi dalam defisit sektor publik ini dibanyak negara tidak dibarengi dengan suatu penurunan ganti rugi dalam konsumsi sektor swasta.
Bagaimanapun, pembebanan yang terlalu berat yang terus-menerus dari perekonomian tersebut dengan klaim-klaim, yang barangkali telah dipenuhi oleh sistem dengan keterbatasan sumber daya yang langka, telah menciptakan ketegangan ini dan menyebabkan sejumlah problem yang sangat serius.
Salah satunya adalah kian pesatnya laju inflasi akibat ekspansi moneter yang berlebihan.
Laju pertumbuhan di kebanyakan negara-negara industri menjadi rendah dan pengangguran secara relatif menjadi lebih tinggi. Dalam kondisi demikian, pengelolaan permintaan agregat model Keynes menjadi sulit. Ia lebih memperbesar inflasi tanpa membantu peningkatan pertumbuhan dan pengerjaan, sebuah skenario harga yang stabil kini secara luas dianggap penting untuk merangsang pertumbuhan rill dan mengurangi pengangguran.
Problem kedua ialah tingginya tingkat velocity (kecepatan peredaran uang) dalam pasar devisa, saham dan komoditas yang diciptakan oleh likuiditas berlebih di pasar uang. Pasar kapitalis menjadi, menurut Brady Commision Report, cepat sekali berubah tanpa toleransi dan membahayakan serta tidak banyak yang bisa dilakukan untuk hal ini. Pasar dengan situasi yang amat cepat berubah tidak dapat dihindari ketika terjadi defisit anggaran yang besar, suku bunga dan nilai tukar yang tidak stabil secara dramatis, dan perubahan tidak menentu atas pinjaman (funds) jangka pendek melampaui batas-batas nasional.
Problem ketiga ialah melonjaknya beban pembayaran hutang yang diciptakan oleh pembelanjaan defisit anggaran yang besar melalui pinjaman yang besar, baik internal maupun eksternal. Beban ini semakin diperbesar oleh suku bunga yang relatif tinggi dan ketidakstabilan kurs (exchange rate) yang berlebihan.
Ketidakmampuan negara-negara ini dalam membayar hutang mereka telah mengancam kesehatan dan stabilitas seluruh sistem moneter internasional. Sejumlah program telah diajukan untuk meringankan beban negara-negara yang banyak hutangnya.
Beberapa negara telah mengemukakan keputusan mereka untuk membayar hutang hanya sebatas perolehan ekspor mereka. Jika beberapa dari negara-negara debitur utama juga mengumumkan konversi mereka pada strategi ini, problem yang dihadapi bank akan sangat berat.
Problem keempat, akibat lebih lanjut dari kenaikan tak wajar dalam pemborosan pengeluaran oleh baik sektor swasta maupun publik, adalah menurunnya tabungan. Karena tabungan dan investasi sangat berkait erat, maka investasi juga menurun. Tabungan dan investasi agregat ini telah menurun di 13 negara-negara OECD utama dari 17,5 dan 17,6 persen secara berturut-turut tahun 1960-71 menjadi 10,7 dan 10,8 persen tahun 1980-87. Karena permintaan atas tabungan yang menurun ini diharapkan akan naik berdasarkan permintaan yang bertambah untuk dana investasi dari Soviet Rusia.
Problem kelima, juga akibat dari penekanan yang berlebihan pada pemuasan keinginan dan pertumbuhan telah mengarah pada percepatan deplesi sumber daya yang tidak dapat diperbarui (non-renewable resources) dan menciptakan sejumlah bahaya ekologi yang mengancam kehidupan di muka bumi. Kini baru disadari bahwa “membicarakan krisis lingkungan global sangat menuntut suatu perubahan radikal dalam pengaturan kebijakan dunia dan juga perekonomian dunia.
No comments:
Post a Comment