BAB
II
PEMBAHASAN
PROSES
MASUKNYA ISLAM DI ASIA TENGGARA
Menurut catatan sejarah, bangsa yang pertama kali
diketahui hidup di Asia Tenggara adalah orang Dongson di Vietnam. Mereka sudah tinggal
di negeri itu sejak 5000 tahun sebelum Masehi. Disusul kemudian oleh bangsa
Thai di Thailand pada 3000 tahun sebelum Masehi. Sedangkan, bangsa Melayu
tercatat mulai mengembangkan kehidupannya di Asia Tenggara pada 2500 tahun
sebelum Masehi. Selanjutnya, datanglah kaum pendatang dari China, khususnya
bangsa Yunani dan lembah Yangtse, di wilayah China Selatan, kemudian bangsa
India, Arab, dan Eropa.[1]
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang
Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650)
kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah
Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap
dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim
pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi
Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di
Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu,
sampai sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di
negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW
sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan
ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara khusus
melakukan penyebaran Islam.[2]
Sebelum kedatangan Islam agama-agama Hindu dan Budha
adalah kepercayaan utama di Asia Tenggara. - di daratan (semenanjung) Asia
Tenggara pada umumnya memeluk agama Buddha, sedangkan - di kepulauan Melayu (Nusantara) umumnya
lebih dipengaruhi agama Hindu. Beberapa yang berkembang di semenanjung ini, awalnya
bermula di daerah yang sekarang menjadi negara-negara Myanmar, Kamboja dan Vietnam. - kuno di Asia Tenggara pada umumnya dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu - agraris dan - maritim. Kegiatan utama - agraris
adalah pertanian. Mereka kebanyakan terletak di semenanjung Asia Tenggara.
Contoh agraris adalah Ayutthaya, yang terletak di delta sungai Chao Phraya (Thailand), dan Khmer yang berada di Tonle Sap. - maritim kegiatan utamanya adalah perdagangan
melalui laut. Malaka dan Sriwijaya adalah contoh
dari Maritim.[3]
A.
Teori-teori Islam ke
Kawasan Asia Tenggara
Ada
beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina dan India.
1. Teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan
oleh John Crawford[3].Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang.
Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai pusat
perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di
pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang
strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa
bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta membina perkampungan
Arab.Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang.Ada juga pedagang
Arab yang menikah dengan wanita setempat dan menyebarkan Islam.Karena sebagian
besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana transportasi maka pada
masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab untuk
mengembangkan Islam.
Mulai
abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah
turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri
China.Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang,
telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di
Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat
bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah
seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China.
Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi
(masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim China
membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung
oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya.[4]
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
a. Telah
ada perkampungan Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur
kuno Tingkok
b. Persamaan
penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
c. Karya-karya
yang menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab
contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan oleh
ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
2. Teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina.
Dikemukakan
oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat
Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam.
Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan
Islam.
Sedangkan
menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia
Tenggara.[5] Adapun
bukti kedatangan Islam dari China ini, yaitu :
a. Pada
Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan,
Pahang.
b. Wujud
persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan,
Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari
China.
3. Teori
kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.
Dikemukakan
oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai
Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India
telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India
untuk menyebarkan Islam.[6] Adapun
beberapa bukti dari teori ini yaitu
a. Terdapat
batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di
batu nisan Raja Malik Pasai.
b. Unsur
budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.
B.
Cara-cara Datang dan
Berkembangnya Islam di Asia Tenggara
Saluran-saluran Islamisasi yang
berkembang ada beberapa yaitu:
1.
Perdagangan
Pada taraf
permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan
lalu-lintas perdagangan pada
abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan
India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia. Serta hubungan dengan
pelabuhan-pelabuhan di Selat Malaka, Teluk Siam, IndoChina, Kepulauan Rempah
seperti Maluku dan Makasar sebagai pusat kegiatan manusia dari berbagai tempat.
Saluran
Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan
bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik
kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan
mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya
anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat
penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan
di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor
politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi
dengan pedagang-pedagang Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian
mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.[7]
2.
Pernikahan
Dari sudut ekonomi, para
pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik
untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih
dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas,
akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam
perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur
perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan
anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau
bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang
terjadi antara Raden Rahmat atau Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa
yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.[8]
3.
Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan
rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu,
baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan
Islam itu masuk Islam. Contoh: Mega Iskandar Shah Malaka
dengan Raja Malik al Salih Pasai.[9]
4.
Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf,atau parasufi, mengajarkan
teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Mereka mahir dalam hal yang magis dan mempunyai
kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini
masyarakat setempat. Dengan tasawuf bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk
pribumi
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama
Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam
pikiran pra Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik ini masih berkembang di abad ke-19 M
bahkan di abad ke 20 M ini.
5.
Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan,
baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama,
kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan
kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke
kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam.
Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya,
dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku
untuk mengajarkan Agama Islam.[10]
6.
Saluran kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling
terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah
pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita
Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama
pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi,
seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.[11]
C.
Tahap-tahap
Perkembangan Islam di Asia Tenggara
1. Kehadiran
para pedagang Muslim (7 - 12 M)
Fase
ini diyakini sebagai fase permulaan dari proses sosialisasi Islam di kawasan
Asia Tenggara, yang dimulai dengan kontak sosial budaya antara pendatang Muslim
dengan penduduk setempat.
Pada
fase pertama ini, tidak ditemukan data mengenai masuknya penduduk asli ke dalam
Islam. Bukti yang cukup jelas mengenai hal ini baru diperoleh jauh kemudian,
yakni pada permulaan abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin dalam kurun abad ke 1
sampai 4 H terdapat hubungan perkawinan antara pedagang Muslim dengan penduduk
setempat, hingga menjadikan mereka beralih menjadi Muslim. Tetapi ini
baru pada tahap dugaan.
Walaupun
di Leran - Gresik, terdapat sebuah batu nisan bertuliskan Fatimah binti
Maimun yang wafat pada tahun 475 H / 1082 M. Namun dari bentuknya, nisan
itu menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-16 M seperti yang ditemukan
di Campa, yakni berisi tulisan yang berupa do'a-do'a kepada Allah.[12]
2. Terbentuknya
Kerajaan Islam (13-16M)
Pada
fase kedua ini, Islam semakin tersosialisasi dalam masyarakat Nusantara dengan
mulai terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Pada akhir abad ke-13 kerajaan
Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur
perdagangan di Selat Malaka yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya.
Hal ini terus berlanjut hingga pada permulaan abad ke-14 berdiri kerajaan
Malaka di Semenanjung Malaysia.
Sultan
Mansyur Syah (w. 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan Malaka yang membuat
Islam sangat berkembang di Pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaka.Di
bagian lain, di Jawa saat itu sudah memperlihatkan bukti kuatnya peranan
kelompok Masyarakat Muslim, terutama di pesisir utara.
3. Pelembagaan
Islam
Pada
fase ini sosialisasi Islam semakin tak terbendung lagi masuk ke pusat-pusat
kekuasaan, merembes terus sampai hampir ke seluruh wilayah.Hal ini tidak bisa
dilepaskan dari peranan para penyebar dan pengajar Islam.Mereka menduduki
berbagai jabatan dalam struktur birokrasi kerajaan, dan banyak diantara mereka
menikah dengan penduduk pribumi. Dengan kata lain, Islam dikukuhkan di
pusat-pusat kekuasaan di Nusantara melalui jalur perdagangan, perkawinan dengan
elit birokrasi dan ekonomi, di samping dengan sosialisasi langsung pada
masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi yang pada awalnya hanya berpusat di satu
tempat telah jauh meluas ke wilayah-wilayah lain di Asia tenggara.
Islam
Begitu cepat berkembang dan dapat diterima dengan baik di masyarakat karena
Dalam Penyebaran dan perkembangannya, dengan jalan damai.tidak pernah ada
ekspedisi militer ataupun kekerasan untuk Islamisasi ini.[13]
D.
Kerajaan Islam di
Asia Tenggara
a. Perkembangan Islam di Indonesia
Islam di Indonesia mulai berembang mulai abad ke 1-5
H/7-8 M, cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad ini,
tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di
Palembang dan Hindu-Jawa seperti Singasari
dan MajaPahit di Jawa Timur.[14] Pada
priode ini para pedagang dan mubaligh muslim hanya berbentuk
komunitas-komunitas islam.
Islam tersebar di wilayah indonesia pada pertengahan
abad ke 8 H/ 14 setelah berdirinya beberapa
Islam. Salah satunya adalah
Malaka yang memiliki peranan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Setelah itu para dai menyebarkannya ke seluruh pulau-pulau Indonesia dan giat
menyebarkannya sehingga Islam tersebar merata. Pada abad ke-10 H/ 16 M
Indonesia jatuh ke dalam penjajahan Protugis. Kemudian dikuasai Belanda pada
tahun 1230 H/1814 M.
b. Perkembangan Islam di negara
Malaysia
Islam masuk ke wilayah ini lewat jalan
pedagang-pedagang Arab. Disebutkan bahwa mereka samai ke Malaka pada tahun 675
H / 1276 M. Raja Malaka masuk Islam melalui tangan mereka, dan mengganti
namanya menjadi Muhammad Syah, lalu diikuti oleh rakyatnya. Malaka
merupakan islam pertama di sana.
Islam sampai ke Malaysia belakangan dari sampainya
Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ke tujuh.[15]
Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar
pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni
Gujarat dan Malabar.
Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia
adalah berada di jalur perdagangan dunia yang Menghubungkan kawasan-kawasan di
Arab dan Indiadengan Wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus
pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga
menjadi pusat bertemunya berbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of
religion) yang berinteraksi secara kompleks lengkap.[16]
Pada abad ke-10 H / 16 M, Protugis menginvansi
Malaysia, kemudian diikuti oleh orang-orang Belanda ( 1051-1210 H / 1641-1795
M). Lalu Malaysia tunduk kepada penjajahan Inggris pada tahun 1230 H / 1814 M.
Orang-orang Jepang sempat menguasai negeri ini selama Perang Dunia II. Kemudian
wilayah ini kembali kepada Inggris setelah perang usai. Malaysia kemudian
mengumumkan kemerdekaannya pada tahun 1377 H / 1957M dan mendirikan Federasi Malaysia yang terdiri
dari 11 provinsi. Sabah dan Serawak
serta Singapura tergabung ke dalam wilayah ini. Kemudian Malaysia mengumumkan
negeri itu sebagai Monarki Konstitusional pada tahun 1383 H / 1962 M.[17]
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya
islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, setidaknya ada tiga teori. Pertama
teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua,
islam datang dari india, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga Islam datang dari
Benggali (Banglades).
c.
Brunai Darussalam
Agama Islam di Brunei
dapat berkembang dengan baik tanpa ada hambatan-hambatan.Bahkan, agama Islam di
Brunei merupakan agama resmi negara.Untuk pengembangan agama Islam lebih lanjut
telah didatangkan ulama-ulama dari luar negeri, termasuk dari Indonesia.Masjid-masjid
banyak didirikan.Umat Islam di Brunei menikmati kehidupan yang benar-benar
sejahtrera sesuai dengan namanya Darussalam (negeri yang damai).Pendapatan
perkapita negara ini termasuk tertinggi di dunia.Pendidikan dan perawatan
kesehatan diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah.Penduduk Brunei Darussalam
mayoritas beragama Islam.
Upaya mencapai
kemerdekaan Brunei semakin menggelora setelah pada tahun 1952.Azahari kembali
dari Indonesia dan kemudian aktif menjadi pemimpin dalam memperjuangkan hasrat
bangsa Brunei.Berbekal dukungan kuat masyarakat Brunei, pada januari 1955
Azahari secara resmi mengumumkan pendirian Partai Rakyat Brunei (PRB).
Brunei baru mengumumkan
kemerdekaannya pada 1 Januari 1984 (merupakan negara termuda di Asia Tenggara),
dengan menempuh perjuangan melalui jalur diplomasi pihak .Setelah Brunei
merdeka, berusaha menjadikan Islam
sebagai landasan undang- undangnya dalam falsafah Negara, yang disebut Melayu
Islam Beraja (MIB).Jika ditelusuri lebih lanjut, asas MIB telah digagas sejak
sebelum lahirnya Pelembagaan Brunei 1959, yang mewadahi semangat dan aspirasi
Sultan Haji Omar Ali Saifuddin dan Jawatan Kuasa Penasehat Pelembagaan
1954.Pelembagaan Brunei 1959 memuat pasal-pasal yang dapat dipahami sebagai
identitas terpenting Negara itu, yaitu MIB.[18]
Cara pengamalan Islam
di Brunei didasarkan pada mazhab Syafi‘i dalam bidang fikih dan ahlusunnah
waljamaah di bidang akidah.Semenjak diproklamirkan sebagai negara
merdeka, Brunei menerapkan konsep "Melayu Islam Beraja" sebagai
falsafah negara yang kemudian menjadi pedoman hidup penduduk Brunei hingga
kini.
Penduduk Brunei hanya
berjumlah 370 ribu orang dengan pendapatan berkapita sekitar 23,600 dollar
Amerika atau sekitar 225 juta rupiah, Penduduknya 67% beragama Islam, Budha
13%, Kristen 10% dan kepercayaan lainnya sekitar 10%. Islam adalah agama
resmi Brunei Darusalam yang dipimpin
oleh Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini).
E.
Kerajaan Islam di
Asia Tenggara
Penyebaran
Islam di wilayah Asia Tenggara ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam di
kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di Asia Tenggara tidak
lepas dari kepentingan perdagangan dan syiar agama yang dibawa oleh para
saudagar dan ulama muslim dari Asia Barat. Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang
Nusantara.Julukan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas
antara Asia Timur san Asia Barat bagi para pedagang yang hendak keluar masuk
pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara.Berikut ini adalah profil beberapa
kesultanan Islam yang pernah berkuasa di Asia Tenggara.
1) Kesultanan
Samudera Pasai (abad ke-13)\
Samudera
Pasai merupakan kesultanan Islam pertama[13] di Indonesia.Letak kesultanan ini
di Aceh Utara.Sultan pertama Samudera Pasai adalah Malikush Shaleh.Letak
Samudera Pasai sangat strategis sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di
Nusantara. Banyak pedagang muslim dari Arab, Cina dan India datang untuk
berdagang dan menyebarkan Islam. Kesultanan ini memperoleh sumber pendapatan
yang besar dari pajak perdagangan dan pelayaran.Samudera Pasai ditaklukkan
Portugis pada 1521. Sejarah Kesultanan Samudera Pasai dapat diketahui antara
lain dengan ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan nama sultan yang
memerintah Samudera Pasai.
2) Kesultanan
Malaka (abad ke-15)
Kesultanan
ini terletak di Semenanjung Malaka.Islam di Malaka berasal dari Kesultanan
Samudera Pasai.Pendiri Kesultanan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran
dari Sriwijaya.Paramesywara menikah dengan putri sultan Samudera Pasai dan
kemudian masuk Islam.Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1445-1459).
Kesultanan
ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada
1511.Peninggalan sejarah Kesultanan Malaka barupa mata uang yang merupakan
peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang merupakan bukti
penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis.
3) Kesultanan
Islam Pattani (abad ke-15).
Kehadiran
Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang
berhasil menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit
parah.Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan
bergelar Sultan Ismail Syah. Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat
setelah menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Malaka.Kesultanan Pattani
kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari
Cina dan India.Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari
Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh
yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.
4) Kesultanan
Brunei Darussalam (abad ke-15).
Kesultanan
Brunei Darussalam merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan
sebelah utara.Islam pertama kali masuk ke Brunei pada 977, dibawa saudagar
Cina. Setelah raja Awang Alak Betatar (1406-1408) masuk Islam, ia mengubah
kerajaan itu menjadi kesultanan. Kata "Darussalam" ditambahkan pada
kata "Brunei" pada abad ke-15 untuk menekankan Islam sebaga agama
negara.Kesultanan Brunei Darussalam berkembang menjadi pusat penyebaran Islam
dan perdagangan wilayah Melayu ketika Kesultanan Malaka jatuh ke tangan
Portugis.Kesultanan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada 1888, di
masa kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan ke-15, namun dapat
meraih kemerdekaannya dari Inggris 1983.
5) Kesultanan
Islam Sulu (abad ke-15).
Kesultanan
Sulu merupakan kesultanan Islam yang terletak di Filipina bagian selatan.Islam
masuk dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan
Malaka dan Filipina.Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang
Arab yang ahli ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah
dengan putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan
mengangkat dirinya sebagai Sultan.
6) Kesultanan
Ternate (abad ke-15).
Kesultanan
Islam terbesar di Maluku adalah Kesultanan Ternate.Penyebaran Islam di daerah
ini dilakukan oleh para ulama dan pedagang dari Pulau Jawa.Islam menjadi agam
kerajaan setelah Sultan Zainal Abidin memerintah.Kesultanan Ternate menjadi
salah satu pusat penyebaran Islam di kawasan timur Nusantara.Kesultanan Ternate
mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Babullah.Kesultanan Ternate
bersaing dengan Kesultanan Tidore terutama dalam perdagangan.Kesultanan Ternate
berakhir setelah ditaklukkan oleh VOC (Verenidge Osst-Indische Compagnie) pada
1660. Peninggalan Kesultanan Ternate antara lain Benteng Portugis dan bekas
istana di Ternate (Maluku Utara).
7) Kesultanan
Aceh Darussalam (abad ke-16).
Kesultanan
Aceh atau Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumatera
bagian utara.Kesultanan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat
Syah.Kesultanan Aceh mengantikan peran Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan
Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, terutama dalam perdagangan dan
pelayaran.Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan
Sultan Iskandar Muda.Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan
pemerintah Hindia Belanda pada 1912. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara
lain Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng
hadiah dari kaisar Cina.
8) Kesultanan
Demak (abad ke-16).
Kesultanan
Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa.Raja Demak pertama adalah
Raden Fatah, bupati Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah
kepemimpinan Sultan Trengono.Kesultanan Demak berhasil melebarkan kekuasaannya
sampai ke daerah luar Jawa, seperti Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin,
dan Kesultanan Kutai di Kalimantan.Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa
Sunan Prawoto karena beberapa daerah taklukkan Demak memberontak.Peninggalan
Kesultanan Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas
masjid ini adalah bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun
empat orang sunan dari sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan
Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.
9) Kesultanan
Cirebon (abad ke-16).
Kesultanan
Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.Kesultanan Cirebon
didirikan pada 1450 oleh Pangeran Walangsungsang.Tokoh yang paling berperan
menjadikan Cirebon sebagai Kesultanan Islam adalah Syarif Hidayatullah.
Sepeninggal Panembahan Girilaya (1650-1662), Kesultanan Cirebon dibagi menjadi
dua oleh kedua anaknya, menjadi Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman.
Meskipun tidak mempunyai kekuasaan administratif, Kesultanan Cirebon tetap
bartahan sampai saat ini.
10) Kesultanan
Banjar (abad ke-16).
Kesultanan
Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan bagian
selatan.Kesultanan ini pada walnya bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang
berubah menjadi kesultanan Islam.Kesultanan Banjar berdiri pada 1595 dengan
penguasa pertama Sultan Suriansyah.Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470,
bersamaan dengan melemahnya kerajaan Maajapahit di Pulau Jawa.Penyebaran Islam
secara luas dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang
menjadi Mufti Besar Kalimantan.Kesultanan Banjar mengalami kemunduran dengan
terjadinya pergolakan masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran
Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan oleh Belanda.Pada 1859-1905, terjadi
perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-1862) melawan
Belanda.Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar pada
1860.Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan masjid
di Desa Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa pemerintahan
Sultan Tamjidillah.
11) Kesultanan
Banten (abad ke-16).
Kesultanan
ini adalah kesultanan terbesar di Jawa Barat.Kesultanan Banten didirikan Sunan
Gunung Jati pada 1524.Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam
telah mengalami perkembangan pesat.Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan
masjid dan pesantren.Kesultanan Banten mencapai masa keemasannya di masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683).
Kesultanan
ini mengalami kemunduran setelah terjadi perang melawan Belanda.Peninggalan
Kesultanan Banten berupa Masjid Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk,
dan bekas Keraton Surosowan.
12) Kesultanan
Buton (abad ke-16).
Kesultanan
Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi bagian
tenggara.Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6,
memeluk agama Islam. Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul
Wahid bin Syarif Sulaiman al-Patani, seorang ulama dari Kesultanan Johor.
Peninggalan sejarah Kesultanan Buton berupa Benteng Kraton dan Batupoaro, yaitu
batu tempat berkhalwat (mengasingkan diri) Syekh Abdul Wahid di akhir
keberadaannya di Buton.
13) Kesultanan
Goa (abad ke-16).
Kesultanan
Goa terletak di sebelah selatan Pulau Sulawesi.Kerajaan Goa berubah menjadi
kesultanan pada akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin
(1593-1639).
Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).
Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).
14) Kesultanan
Johor (abad ke-16).
Kesultanan
Johor berdiri setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis.Sultan
Alauddin Riayat Syah membangun Kesultanan Johor pada sekitar tahun
1530-1536.Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah II.Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan
mengadakan sebuah aliansi bersama Kesultanan Riau sehingga disebut Kesultanan
Johor-Riau.Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayah
tersebut dikuasai oleh Belanda.
15) Kesultanan
Kutai (abad ke-16).
Kesultanan
Kutai terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kalimanta bagian timur.Pada awalnya,
Kutai merupakan kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Buddha.Islam
berkembang pada masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600).
Penyebaran
Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah bin Abu
Bakar al-Warsak. Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan
Muhammad Salehuddin (1780-1850) memerintah.Kesultanan Kutai mengalami
kemunduran setelah Aji Sultan Muhammad Salehuddin meninggal dunia.Peninggalan
sejarah Kesultanan Kutai berupa makam para sultan di Kutai Lama (dekat
Anggana).
16) Kesultanan
Pajang (abad ke-16).
Kesultanan
Pajang merupakan kerjaan Islam pertama di pedalaman Jawa.Kesultanan ini
didirikan oleh Joko Tingkir pada 1546, setelah Trenggono, Sultan Demak,
wafat.Joko Tingkir atau Sultan Adiwijaya membawa pengaruh Islam dari wilayah
pesisir ke wilayah pedalaman Jawa.Kesultanan Pajang hanya bertahan selama 45 tahun
karena dihancurkan oleh Kesultanan Mataram pada 1618.Peninggalan Kesultanan
Pajang berupa makam Pangeran Benowo.
17) Kesultanan
Mataram (abad ke-16).
Kesultanan
Mataram beridiri sejak 1582.Kesultanan ini berawal dari wilayah Kesultanan
Pajang yang dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng
Pamanahan.Sultan pertama Mataram adalah Panembahan Senopati (1582-1601).
Puncak
kekuasaan Kesultanan Mataram tercapai pada masa kepemimpinan Sultan Agung
(1613-1645).Kesultanan Mataram melemah setelah terjadi perpecahan wilayah
akibat Perjanjian Giyanti serta campur tangan pihak Belanda.Kesultanan Mataram
selanjutnya terbagi menjadi empat wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta,
Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegara. Peninggalan Kesultanan
Mataram antara lain berupa pintu gerbang Masjid Kotagede di Yogyakarta.
18) Kesultanan
Palembang (abad ke-16).
Pada
awalnya, Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan
Demak.Sultan pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro
(1539-1572).Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya
ulama Arab yang menetap di Palembang.Kesultanan Palembang menjadi bandar
transit dan ekspor lada karena letaknya yang strategis.Belanda kemudian
menghapuskan Kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan Mahmud
Badaruddin.Salatu satu peninggalan Palembang adalah Masjid Agung Palembang yang
didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.
19) Kesultanan
Bima (abad ke-17).
Kesultanan
Bima adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur.
Kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan Islam pada 1620 setelah rajanya, La
Ka'i, memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682), Kesultanan Bima
menjadi pusat penyebaran Islam kedua di timur Nusantara setelah
Makassar.Kesultanan Bima berakhir pada 1951, ketika Muhammad Salahuddin, sultan
terakhir, wafat. Peninggalan Kesultanan Bima antara lain berupa kompleks istana
yang dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang kesultanan.
20) Kesultanan
Siak Sri Indrapura (abad ke-18).
Siak
Sri Indrapura adalah sebuah kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan
Abdul Jalil Rahmat Syah, dan penyebarab Islam di Sumatera Timur.Pusatnya adalah
Desa Buantan, kemudian pindah ke Siak Sir Indrapura (sekitar 90 km ke timur
laut Pekanbaru).Wilayah kekuasaan Siak Sri Indrapura meliputi Siak Asli, Bukit
Batu, Merbau, Tebing Tinggi, Bangko, Tanah Putih dan Pulau Bengkalis (Kabupaten
Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung Kanan (Kampar); Pekanbaru; dan sekitarnya.
Istana bekas tempat tinggal dan pusat Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai
sekarang masih berdiri dengan megah di pinggir Sungai Siak dan merupakan salah
satu objek pariwisata di daerah Riau.
F.
Pengaruh Islam di
Asia Tenggara
Islam begitu
berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, adapun beberapa pengaruh Islam adalah
sebagai berikut:
1.
Sistem Pemerintahan
a. Wujudnya
institusi
b.
Kesultanan Islam di beberapa Negara.
c.
Ulama menjadi penasehat bagi aja/sultan
d.
Islam sebagai agama resmi dan mayoritas.
e.
Undang-undang berlandaskan hukum Islam
2.
Sistem
Pendidikan
a.
Pendidikan Islam disampaikan kepada semua lapisan masyarakat
b.
Sekolah, pesantren, madrasah, dan Mesjid sebagai institusi
pendidikan dan Basis Islam
3.
Cara hidup
a.
Penggunaan Pakaian yang menutup aurat
b.
Mengamalkan konsep persaudaraan sesama Islam
c.
Persamaan taraf sesama manusia
d.
Sifat tolong-menolong, hormat menghormati, dan amalan
bergotong-royong
4.
Bahasa dan Kesusastraan
a.
Bentuk tulisan Arab-Melayu
b.
Banyak istilah Arab digunakan dalam bahasa Melayu
c.
Hasil kesusasteraan Melayu terpengaruh dengan gaya dan tata
bahasa
d.
Bentuk sastera Melayu dipengaruhi, bentuk sastera Islam
5.
Kesenian
a.
Seni pada batu nisan dan ukiran kayu
b.
Seni bangunan Islam mempengaruhi bentuk masjid, kubah,
mimbar, mihrab dan menara azan.
6.
Ekonomi
a.
Terbentuknya Institusi ekonomi Islam seperti baitulmal
b.
Amalan zakat dan sedekah
c.
Amalan riba, penindasan dan penipuan dilarang dalam
perdagangan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (ed). Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam, Dinamika Masa Kini, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.Tth
Asrofah,
Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999
Bakti,
Andi Faisal. Islam and Nation Formation in Indonesia. Jakarta: Logos.
2000
Basuki,
Rahmat. Peradaban Asia Tenggara. Jakarta: Prenada Media Group. 1999
Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam, Cet, IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001.
Ibrahim,
Ahmad. Islam di Asia Tenggara. Jakarta:
LP3ES. 1989
Ibrahim,
Muhammad dan Rusdi Sufi. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Islam di
Indonesia. Jakarta: Al-Maarif. 1989
Subaguk.
Sejarah Peradan di Asia Tenggara. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. 2000
Supriyadi,
Dedi. Sejarah Peradapan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2008
Syamsu, Muhammad, Ulama’ Pembawa Islam di
Indonesia dan sekitarnya, (PT Lentera Basri Tama, Jakarta : 1996.
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah
Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, Cet, XI; Jakarta: AKBAR MEDIA,
2013.
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Grafindo Persada. 2000
__________, Sejarah Peradaban Islam
dirasah Islamiyah II,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2008), hlm. 194
Zuhairini, Sejarah
pendidikan Islam Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan
Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986.
[1] Subaguk,
Sejarah Peradan di Asia Tenggara, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama,
2000), hlm. 32
[2] Ibid,hlm. 29
[3]Andi
Faisal Bakti, Islam and Nation Formation in Indonesia. Jakarta: Logos,
2000, hlm. 143-144
[4] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradapan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2008),hlm.
187
[5] Ahmad
Ibrahim,Islam di Asia Tenggara,
(Jakarta: LP3ES,1989), hlm. 45
[6]Muhammad
Ibrahim dan Rusdi Sufi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Islam di
Indonesia, (Jakarta: Al-Maarif, 1989),hlm. 102
[7] Badriyatim,
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2000), hlm. 201
[8] Ibid,.
[12] Hanun
Asrofah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 45
[14]Badri
Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam dirasah Islamiyah II,(Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada,2008), hlm. 194
[15] Zuhairini,
Sejarah pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan
Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 133.
[16] Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam, (Cet, IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2001), hlm. 17
[17] Ahmad
Al-Usairy, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, (Cet, XI;
Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 507
[18] Muhammad
Syamsu, Ulama’ Pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, (PT Lentera
Basri Tama, Jakarta : 1996), Hal, 144
No comments:
Post a Comment