BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, istilah
kesetimbangan berhubungan dengan apa yang kita sebut ”keseimbangan kimia” akan
tetapi, keseimbangan ini merupakan keseimbangan Mekanik. Dalam keseimbangan
mekanik, jika resultan gaya ( net force) pada
suatu benda sama dengan nol, sehingga sebuah benda dikatakan kesetimbangan
mekanik jika benda tersebut tidak sedang mengalami perubahan dalam gerakannya
(percepatannya sama dengan nol). Apakah kesetimbangan kimia itu? Simaklah
penjelasan berikut ini!.
Ketika suatu reaksi kimia
berlangsung dalam sebuah bejana yang mencegah masuk atau keluarnya zat-zat yang
terlibat dalam reaksi tersebut. Maka besaran-besaran (kuantitas-kuantitas) dari
komponen-komponen reaksi tersebut berubah ketika beberapa komponen tersebut digunakan
dan komponen lainnya terbentuk. Akhirnya, ini akan berakhir, setelah
komposisinya tetap selam sistem ter sebut
tidak terganggu, sehingga sistem tersebut kemudian di katakan berada dalam
keadan kesetimbangan atau lebih sederhana ”berada dalam kesetimbangan” dengan
kata lain, sebuah reaksi kimia berada dalam kesetimbanagan ketika tidak ada
kecenderungan kuantitas-kuantitas zat-zat peraksi dan zat hasil reaksi untuk
berubah.
Jadi latar belakang
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan
kesetimbangan kimia, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya, Tetapan
kesetimbangan, perhitungan tetapan kesetimbangan, dan bagaimana penerapan
kesetimbangan kimia dalam industri.
A. Reaksi
Kesetimbangan
Reaksi kesetimbangan adalah reaksi dimana
zat-zat hasil reaksi ( produk ) dapat bereaksi kembali
membentuk zat-zat semula ( reaktan ). Jadi reaksi berlangsung
dua arah ( reversibel ) :
suatu reaksi bolak-balik mencapai keadaan
setimbang Pada saat laju reaksi ke kanan = laju reaksi ke kiri
kita dapat mengetahui bahwa suatu reaksi
bolak-balik telah mencapai kesetimbangan, saat tercapai kesetimbangan jumlah
zat-zatnya baik reaktan maupun produk tidak lagi berubah. Jumlah zat
sebanding dengan mol dan konsentrasi sehingga saat setimbang mol dan
konsentrasi zat-zatnya tetap.
Walaupun reaksi kimia sudah mencapai keadaan
setimbang akan tetapi reaksi tetap berlangsung pada tingkat
molekul/mikroskopis. karena kecepatan reaksi maju/ke kanan = reaksi balik/ke
kiri maka seakan-akan reaksinya sudah berhenti.
Ciri
khas reaksi kesetimbangan :
"Zat-zat
ruas kiri ( reaktannya ) tidak pernah habis"
Pada saat terjadi kesetimbangan, maka harga
tetapan kesetimbangan (Kc) dapat ditentukan. Nilainya ditentukan dengan
menggunakan perbandingan konsentrasi zat-zatnya saat tercapai kesetimbangan.
dari bentuk persamaan di atas dapat disimpulkan
:
Jika nikai K > 1 maka hasil/produk yang
dihasilkan banyak
Jika nikai K < 1 maka hasil/produk yang
dihasilkan sedikit
Hal PENTING yang perlu kalian ketahui
!
Untuk reaksi yang sama harga Kc hanya
dipengaruhi suhu. Selama suhu tetap maka K tetap. Harga
K berubah hanya apabila suhunya berubah. perubahan harga K tergantung jenis
reaksinya :
Reaksi Endoterm ( menyerap
kalor / delta H nya positif ) : K berbanding lurus dengan
suhu. Artinya jika suhunya meningkat maka K nya juga meningkat dan sebaliknya
jika suhunya menurun maka K nya juga menurun.
Reaksi Eksoterm ( melepas
kalor / delta H nya negatif ) : K berbanding terbalik dengan
suhu. Artinya jika suhunya meningkat maka K nya menurun dan sebaliknya jika
suhunya menurun maka K nya meningkat.
Membandingkan harga K dengan beberapa reaksi :
1. Jika reaksi dibalik maka K menjadi 1/K
2.
Jika
reaksinya dikalikan n maka K menjadi Kn
3. Jika reaksinya dibagi n maka K menjadi akar n
nya K
4. Jika dua reaksi atau lebih dijumlahkan maka
harga K tiap-tiap reaksi dikalikan
Diketahui tetapan kesetimbangan 2 reaksi
sebagai berikut :
Kc nya berturut-turut adalah 4 dan 8 maka
tetapan kesetimbangan bagi reaksi :
adalah ! Untuk mengetahui perubahan nilai
tetapan kesetimbangan ( K ) yang kita perhatikan adalah senyawa yang spesifik
yang ada untuk tiap-tiap reaksi.
untuk reaksi pertama yang
kita perhatikan perubahannya adalah senyawa B karena senyawa
B tidak ada pada reaksi ke dua. Senyawa B yang mula-mula di ruas
kiri menjadi di ruas kanan dan dikalikan
2 (karena angka koefisiennya berubah dari 1 menjadi 2 berarti
berubah menjadi dua kalinya).
maka reaksinya ditulis :
karena dibalik maka K = 4 menjadi K = 1/4
kemudian dikalikan 2 maka K = 1/4 berubah lagi menjadi kuadratnya K = (1/4)2 =
1/16
untuk reaksi kedua tidak
mengalami perubahan karena senyawa spesifiknya yaitu senyawa D tetap
ada di ruas kiri dan angka koefisiennya pun tetap = 1 sehingga K
nya juga tetap 8. Dari reaksi pertama yang telah diubah dengan reaksi kedua
digabung menjadi :
senyawa yang sama di
ruas kiri dan kanan saling coret....
karena digabung maka nilai K = 1/16 dan K = 8 dikalikan sehingga menjadi :
karena digabung maka nilai K = 1/16 dan K = 8 dikalikan sehingga menjadi :
K = 1/16 . 8 = ½
B. Pergeseran
Kesetimbangan
Pada reaksi kesetimbangan,
jumlah zat-zat pereaksi maupun hasil reaksi tidak berubah terhadap waktu,
tetapi pada dasarnya jumlah zat pereaksi maupun zat hasil reaksi dapat ditambah
atau dikurangi berdasarkan perlakuan tertentu yang diberikan pada reaksi
kesetimbangan tersebut. Berkaitan dengan penambahan atau pengurangan jumlah
pereaksi atau hasil reaksi pada reaksi kesetimbangan tersebut, digunakan
istilah pergeseran kesetimbangan.
Untuk menambanh zat hasil
reaksi, maka kesetimbangan harus digeser kearah kanan (ke arah zat hasil
reaksi), sedangkan untuk mengurangi zat hasil reaksi, maka kesetimbangan harus
digeser kearah kiri (kearah pereaksi). Untuk menggeser kesetimbangan tersebut
diperlukan perlakuan yang dapat mengganggu keadaan kesetimbangan, yaitu dengan
mengubah suhu, konsentrasi, dan volum, dan tekanan zat dalam sistem
kesetimbangan tersebut.
Dalam kaitannya dengan
gangguan yang diberikan pada sistem kesetimbangan tersebut, pada tahun 1888
seorang ahli kimia Prancis Henri Louis Le Chatelier (1850-1936) mengemukakan
bahwa ”jika pada sistem kesetimbangan diberikan gangguan dari luar, maka sistem
kesetimbangan tersebut akan bergeser untuk menghilangkan atau mengurangi
pengaruh gangguan luar tersebut dan mungkin membentuk sistem kesetimbangan
baru.” dengan kata lain, pernyataan ini dapat disederhanakan menjadi ”jika
sebuah sistem pada keadaan setimbang diberikan perubahan tekanan, suhu, atau
konsentrasi, maka akan terdapat kecenderungan pada keseluruhan reaksi dalam
arah yang mengurangi pengaruh dan perubahan ini”.
Pernyataan diatas dikenal
sebagai ”Asas Le Chatelier”. Bagaimana pengaruh perubahan suhu, konsentrasi,
tekanan, dan volum terhadap pergeseran kesetimbangan.
1. Pengaruh suhu terhadap
pergeseran kesetimbangan
Pada reaksi kesetimbangan,
terhadap reaksi endoterm (menyerap kalor) dan reaksi eksoterm (melepaskan
kalor). Jika reaksi maju bersifat eksotermik, maka reaksi sebaliknya bersifat
endotermik. Perhatikan uraian tentang pengaruh perubahan suhu untuk reaksi pembentukan
gas N2O4 dari gas NO2 berikut ini.
Reaksi
kesetimbangan :
2NO2(g) ⇋ N2O4(g)
Reaksi
maju (eksoterm) :
2NO2(g) N2O4(g) ΔH = - 58,8 Kj
Reaksi
balik (endoterm)
N2O4(g) 2NO2(g) ΔH = + 58,8 Kj
Reaksi pembentukan N2O4 dari
gas NO2 dapat membentuk keadaan setimbang. Pada keadaan
setimbang tersebut, gas N2O4 dan gas NO2 berwarna
coklat muda. Dalam keadaan terpisah, gas NO2 berwarna cokelat
kemerahan, sedangkan gas N2O4 tidak berwarna.
Jika dalam keadaan
setimbang, campuran gas NO2 dan N2O4 tersebut
dipanaskan, maka warna cokelat muda dari campuran kedua gas tersebut lama
kelamaan akan berubah menjadi cokelat kemerahan, artinya gas NO2 dalam
reaksi tersebut bertambah.
Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa penurunan suhu dapat menyebabkan kesetimbangan bergeser
kearah reaksi eksoterm, sedangkan peningkatan suhu dapat menyebabkan kesetimbangan
bergeser kearah reaksi endoterm. Karena reaksi pembentukan gas N2O4 dari
gas NO2 merupakan reaksi eksoterm (melepaskan kalor) dan dalam
keadaan kesetimbangan, suhu campuran diturunkan dengan mengeluarkan kalor dari
sistem, maka menurut Le Chatelier akan mengakibatkan sistem melakukan perubahan
dengan cara mengganti kalor yang dikeluarkan sistem dengan menggeser posisi
kesetimbangan kearah reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm).
2. Pengaruh konsentrasi
terhadap pergeseran kesetimbangan
Pembuatan amonia, NH3(g) dari
reaksi gas nitrogen (N2) dengan gas hidrogen (H2) dapat
membentuk kesetimbangan yang dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai
berikut.
N2(g) + 3H2(g)
⇋ 2NH3(g)
Apabila gas hidrogen (H2)
ditambahkan kedalam campuran gas pada reaksi kesetimbangan tersebut, maka
konsentrasi H2 dalam campuran meningkat (bertambah). Bagaimana
reaksi sistem terhadap penambahan konsentrasi H2 tersebut ?
Menurut Le Chatelier,
sistem akan berusaha untuk menghilangkan gangguan tersebut (penambahan [H2]
) yaitu dengan mengurangi [H2] yang ditambahkan. Sebagian gas H2 yang
ditambahkan akan segera bereaksi dengan gas N2, sehingga gas amonia
yang terbentuk lebih banyak. Keadaan ini akan terbalik jika sejumlah gas H2 dikurangi
dari sistem kesetimbangan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan bahwa untuk penambahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
kedalam campuran yang berada dalam kesetimbangan akan menggeser kesetimbangan
kearah yang berlawanan dengan posisi zat yang ditambahkan, sedangkan untuk
pengurangan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi akan menggeser kesetimbangan
kearah zat yang dikeluarkan dari sistem kesetimbangan tersebut.
3. Pengaruh Tekanan dan Volum
terhadap pergeseran kesetimbangan
Reaksi-reaksi gas
sangat dipengaruhi oleh perubahan volum dan tekanan gas. Pada
dasarnya, untuk memperbesar tekanan dapat dilakukan dengan memperkecil volum,
sedangkan untuk memperkecil tekanan dapt di lakukan dengan memperbesar volum.
Jika pada reaksi
kesetimbangan gas, tekanan di perbesar, maka menurut Le Chatelier sistem
tersebut akan berusaha mengurangi pengaruh kenaikan tekanan tersebut dengan
cara menurunkan jumlah molekul atau jumlah mol zat. Pada reaksi
kesetimbangan N2(g) + 3H2(g) ⇋ 2NH3(g), jika tekanan di perbesar, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah NH3, sedangkan jika tekana di kurangi, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri (N2(g)dan H2(g) ).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa jika tekanan diperbesar ( volum diperkecil), maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah jumlah mol gas yang lebih kecil, sedangkan jika tekanan
diperkecil (volum diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
mol gas yang lebih besar.
C. Tetapan
Kesetimbangan
Pada tahun 1886, dua orang
para ahli kimia Nrwegia, yaitu Cato maxmilian guldberg (1836-1902) dan Peter
waage (1833-1900) mengajukan postulat berdasarkan sejumlah pengamatan yang
mereka lakukan terhadap reaksi kesetimbangan. Ponstulat ini menyatakan bahwa
’jika hasil reaksi konsentrasi zat hasil reaksi yang di pangkatkan koefisiennya
di bandigkan dengan hasil kali konsentrasi zat pereaksi yang di pangkatkan
koefisiennya, maka akan di peroleh perbandingan yang tetap”. Untuk
reaksi yang dinyatakan dengan aA + bB ⇋ cC + dD, dengan
A, B adalah pereaksi C, D adalah reaksi ; dan a, b, c, d adalah koefisien
reaksi, maka secara sistematis ponstulat Guldberg dan Waage tersebut dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan
: C = konstanta
Dalam kasus umum yang
didalamnya konsentrasi dapat mempunyai nilai yamg berubak-ubah (termasuk nol),
pernyataan diatas di sebut hasil bagi (quotient) kesetimbangan dan nilainya di
nyatakan dengan Q atau Qc. Jika istilah tersebut berhubungan dengan konsentrasi
keseimbangan, maka pernyataan ini di sewbut tetapan kesetimbangan
dan nilainya dinyatakan dengan K atau Kc.
Nilai konstan dari
perbandingan hasil kali konsentrasi hasil reaksi yang di pangkatkan
koefisiennya dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang dipangkatkan
koefisiennya tersebut selalu tetap selama suhu sistem tidak berubah. Oleh
karena itu, harga perbandingan tersebut di namakan tetapan keseimbangan yang
dinyatakan sebagai berikut:
Nilai Q dalam hubungan dengan
Kc dapat digunakan untuk menunjukan arah suatu reaksi berlangsung. Tiga buah
kemungkinan dari arah reaksi tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Hal ini berarti konsentrai
hasil reaksi terlalu tinggi untuk kesetimbangan, sehingga reaksinya berlangsung
ke kiri.
2.
Hal ini berarti sistem
berada dalam kesetimbangan, tidak ada perubahan.
3.
Hal ini berarti
konsentrasi hasil reaksi terlalu rendah untuk kesetimbangan, sehingga reaksinya
berlangsung ke kanan.
Makna Tetapan Kesetimbangan
Berdasarkan harga tetapan
kesetimbangan, suatu reaksi dapat diketahui secara kualitatif bagaimana reaksi
tersebut berlangsung
1.
Jika KC < 1, maka pada reaksi
kesetimbangan tersebut di hasilkan zat hasil reaksi yang cukup banyak, bahkan
melebihi jumlah pereaksi,dan suatu reaksi di katakan sempurna apabila reaksi
tersebut memiliki Kc yang sangat besar.
2. Jika Kc < 1,
maka pada reaksi kesetimbangan tersebut di peroleh zat hasil reaksi
yang sedikit, bahkan lebih sedikit di bandingkan dengan jumlah pereaksi,dan
apabila harga Kc suatu reaksi sangat kecil, bisa saja
tidak terjadi reaksi.
Harga Kc hanya
di pengaruhi oleh suhu, jika suhu tidak berubah, maka harga Kc selalu
teatp. Pada reaksi endoterem, harga Kc berbanding lurus dengan
suhu, sedangkan pad reaksi eksoterm, harga Kc berbanding
terbalik dengan suhu.
D. Penerapan
Konsep Kesetimbangan
1.
Pembuatan
Amonia menurut proses Haber-Bosch
Nitrogen terdapat melimpah di udara, yaitu
sekitar 78% volume. Walaupun demikian, senyawa nitrogen tidak terdapat banyak
di alam. Satu-satunya sumber alam yang penting ialah NaNO3 yang disebut Sendawa
Chili. Sementara itu, kebutuhan senyawa nitrogen semakin banyak, misalnya untuk
industri pupuk, dan bahan peledak. Oleh karena itu, proses sintesis senyawa
nitrogen, fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang sangat
penting. Metode yang utama adalah mereaksikan nitrogen dengan hidrogen
membentuk amonia. Selanjutnya amonia dapat diubah menjadi senyawa nitrogen lain
seperti asam nitrat dan garam nitrat. Dasar teori pembuatan amonia dari
nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz Haber (1908), seorang ahli kimia
dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan amonia untuk produksi secara
besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur kimia juga dari
Jerman.
Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang
menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu
rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat
lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 5000C sekalipun. Dipihak
lain, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi
rendemen. Dewasa ini, seiring dengan kemajuan teknologi, digunakan tekanan yang
jauh lebih besar, bahkan mencapai 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka
amonia yang terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula campuran gas nitrogen dan
hidrogen dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan.
Kemudian campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator
sehingga terbentuk amonia.
2. Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah
a. Cara Pengendalian Asam Basa dalam Tubuh
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk
mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1) Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal,
sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah
jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa
hari.
2) Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam
darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan
perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah
menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak
asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan
lebih sedikit bikarbonat. .
3) Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida
adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang
dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru
karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak
mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan
dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida
darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur
kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu
mengatur pH darah menit demi menit.
b. Larutan Penyangga (buffer)
Laju reaksi penambahan asam atau basa dalam
darah akan sama dengan laju penetralannya oleh larutan penyangga sehingga
terjadi keadaan kesetimbangan dinamis.
H2CO3(ag)
+ OH-(ag) → HCO3- + H2O(l)
HCO3-(ag)
+ H+(ag) → H2CO3(ag)
Berikut
ini adalah proses buffering dalam darah :
1) Hemoglobin membawa O2 dari paru-paru ke
otot-otot melalui darah.
2) Otot-otot membutuhkan O2 lebih dari normal,
karena aktivitas metabolisme meningkat selama beraktivitas. Jumlah oksigen
dalam otot habis digunakan otot. Terjadi pengaturan gradien konsentrasi antara
sel-sel otot dan darah dalam kapiler. Oksigen berdifusi dari darah ke
otot-otot, melalui gradien konsentrasi.
3) Otot-otot menghasilkan CO2 dan H + sebagai
akibat dari peningkatan metabolisme, mengatur gradien konsentrasi dalam arah
yang berlawanan dari gradien O 2.
4) CO2 dan H+ mengalir dari otot ke dalam darah,
melalui gradien konsentrasi.
5) Tindakan buffering hemoglobin mengambil ekstra
H + dan CO2.
6) Jika jumlah H+ dan CO2 melebihi kapasitas
hemoglobin, mereka mempengaruhi keseimbangan asam karbonat, seperti yang
diramalkan oleh Le Chatelier’s atau perlakuan kuantitatif dalam hal konstanta
kesetimbangan. Akibatnya, pH darah diturunkan, menyebabkan asidosis.
7) Paru-paru dan ginjal merespon perubahan pH
dengan membuang CO2, HCO3-, dan H + dari darah. Sehingga pH kembali normal.
Aspek menarik dari hemoglobin dan
oksihemoglobin adalah pengalaman dari para pendaki dan para petualang pada
daerah tinggi. Orang pada ketinggian dapat mengalami letih, sakit kepala dan
gejala lain dari kekurangan oksigen. Sebagai contoh, pada ketinggian 3 km, tekana
parsial oksigen hanya sebesar 0,14 atm. Jumlah ini tidak dapat digunakan untuk
bereaksi, sehingga menghasilkan konsentrasi oksihemoglobin yang rendah.
Tubuh manusia dapat menyesuaikan iklim pada
ketinggian tertentu dengan cara memproduksi hemoglobin lebih banyak.dengan
prinsip Le’ Chaterier, hal ini dapat membentuk konsentrasi oksihemoglobin lebih
tinggi. Dalam jangka waktu yang lama, pada ketinggian secara signifikan akan
menaikkan kadar hemoglobin dalam darah. Kadang – kadang , mencapai 50% lebih
tinggi daripada individu yang tinggal di daerah pesisir pantai.
Kesetimbangan hemoglobin dan oksihemoglobin
juga diakibatkan oleh CO, polutan dari asap rokok dan gas buang kendaraan. CO
bereaksi dengan hemoglobin membentuk carboksihemoglobin.
Haemoglobin(aq)
+ CO(aq) -> carboxyhaemoglobin(aq)
CO dan oksigen berkompetisi untuk berikatan
dengan hemoglobin. Konstanta kesetimbangan dari karboksihemoglobin lebih besar
dari oksihemoglobin. Sebagai akibatnya, CO akan lebih mudah berikatan dengan
hemoglobin daripada oksigen untuk kadar CO yang rendah. Kadar CO sekitar 200ppm
dapat mngakibatkan pingsan dan bahkan kematian.
E. Contoh
Soal Tentang Kesetimbangan Kimia beserta Pembahasan
Perhatikan
contoh untuk pengaruh volume dan konsentrasi :
ke arah
mana kesetimbangan bergeser jika suhu tetap :
a.
ditambah BiCl3
b.
ditambah air
c.
ditambah BiOCl
d.
ditambah HCl
e.
ditambah NaOH
Jawab :
a. Penambahan BiCl3, salah satu
pereaksi, akan menggeser kesetimbangan ke kanan
b. Penambahan air (memperbesar volume) akan menggeser
kesetimbangan ke kanan karena koefisien ruas kanan lebih besar dari ruas
kiri. Alasannya : koefisien ruas kiri = 1 yaitu
koefisien BiCl3, ingat koefisien H2O tidak usah dihitung
karena zat cair murni ( l ) sedangkan jumlah koefisien di ruas kanan = 2 yaitu
koefisien dari HCl, ingat BiOCl tidak diperhitungkan karena bentuknya padat ( s
).
c. Penambahan BiOCl yang merupakan komponen padat
tidak menggeser kesetimbangan.
d. Penambahan HCl, salah satu produk, akan
menggeser kesetimbangan ke kiri.
e.
Penambahan NaOH akan bereaksi dengan HCl yang
berarti mengurangi salah satu produk, maka kesetimbangan akan bergeser ke
kanan.
Contoh :
Ke arah
mana kesetimbangan akan bergeser jika suhu dinaikkan !
Pada
kenaikan suhu kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm ( delta H nya
+ ) :
a. Pada
reaksi pertama kesetimbangan akan bergeser ke kiri karena
reaksi pertama dari kiri ke kanan adalah reaksi eksoterm ( delta H nya - ) maka reaksi
endotermnya kebalikannnya yaitu dari kanan ke kiri
b. Pada
reaksi kedua kesetimbangan akan bergeser ke kanan karena
reaksi kedua dari kiri ke kanan adalah reaksi endoterm ( delta H nya + ) maka reaksi
endotermnya sudah sesuai yaitu dari kiri ke kanan
Contoh
Soal 1 :
Metana
(CH4) dapat diperoleh dari dari reaksi gas CO2 dan gas H2 menurut
persamaan :
Reaksi
ini berlangsung pada suhu tinggi dengan suatu katalisator. Ke dalam ruangan 500
ml mula-mula dimasukkan 1 mol gas CO dan 3 mol gas H2 diperoleh 0,387 mol
air. Tentukan besarnya tetapan kesetimbangannya pada suhu tersebut !
Jawab :
Mula-mula
kalian buat bagan seperti di bawah ini :
lalu
kalian isikan nilai mol senyawa di bawah senyawanya sesuai dengan keterangan
soal ( angka yang berwarna hitam ).ingat mol H2O sebesar 0,378
mol diisikan di bagian setimbang. karena mula-mula H2O tidak ada kemudian diperoleh
/ saat setimbang 0,378 mol. Karena mula-mula tidak ada kemudian saat
setimbang menjadi 0,378 juga berarti saat bereaksi menghasilkan H2O
sebesar 0,378 mol juga. Saat reaksi perbandingan mol = perbandingan angka
koefisien, isikanlah mol saat reaksi untuk semua senyawa berdasarkan mol H2O
saat reaksi sebesar 0,378 mol dikalikan angka koefisiennya masing-masing (
angka yang berwarna merah ). Mol saat setimbang di ruas kiri =
mol mula-mula - mol setimbang dan di ruas kanan mol saat
setimbang = mol mula-mula + mol setimbang. Hasilnya diisikan di bagian
setimbangnya ( angka berwarna biru ).
angka
yang dipakai untuk menyusun Kc adalah angka saat keadaan setimbang... tetapi
ingat, bukan dalam mol namun dalam konsentrasi ( M )
karena
volemenya 500 ml = 0,5 liter maka setiap molnya dibagi 0,5 :
CO
= 0,622 mol / 0,5 l = 1,244 M
H2
= 1,866 mol/ 0,5 l = 3,732 M
CH4 =
H2O = 0,378 mol / 0,5 l = 0,756 M
Harga Kc
yang kecil menunjukkan reaksi ini hanya membentuk sedikit sekali metana (CH4)
Contoh
Soal 2 :
Pada
suatu percobaan, 2 mol H , 2 mol I dan 4 mol HI dicampur dalam suatu ruangan 1
liter pada suhu yang sama. Tentukan mol HI saat mencapai keadaan setimbang !
Jawab
Misalkan
H yang bereaksi x mol maka :
Pada
saat setimbang :
karena
volumenya 1 liter maka mol = konsentrasinya ( ingat : M = mol/volume
)
kedua
ruas diakar :
14 - 7x
= 4 + 2x
10 = 9x
x = 10/9
= 1,11
maka
saat setimbang mol HI = (4 + 2x) = 6,22 mol
Contoh
Soal 3 :
Dalam
bejana 1 dm3 terdapat kesetimbangan antara 0,05 mol N2; 0,20 mol H2; dan
0,10 NH3. Untuk meningkatkan jumlah NH3 menjadi 0,20 mol dalam suhu dan
volume tetap harus ditambahkan N2 sebanyak....
Jawab :
karena
dalam suhu yang sama Kc tidak berubah maka berlaku Kc1 =
Kc2
Ingat....
mol tiap-tiap senyawa tidak dibagi volume karena volumenya = 1 liter jika tidak
satu liter maka mol tiap-tiap senyawa harus dibagi dengan volumenya seperti
contoh soal no 1.
N2 = 4.0,05 = 0,20 mol
maka N
yang ditambahkan = mol N setelah - mol N mula-mula = 0,20 mol –
,05 mol
= 0,15 mol
Contoh :
Jika 3
mol AB dalam satu liter air terurai sebanyak 40 % menurut reaksi :
maka
tetapan kesetimbangan reaksi tersebut....
Jawab :
Derajad
disosiasi = 40 % = 0,4
Contoh
Soal :
Sebanyak
10 mol gas N2 dicampurkan dengan 40 mol gas H2 dalam suatu ruangan 10
liter kemudian dipanaskan pada suhu 427 C sehingga bereaksi membentuk
NH3 menurut reaksi kesetimbangan :
Apabila
tekanan total campuran pada keadaan setimbang adalah 230 atm. tentukanlah harga
Kp !
Jawab :
dengan
menggunakan persamaan gas ideal jumlah mol gas dalam campuran saat setimbang
dapat dihitung sebagai berikut :
Hati2... suhu
harus dalam Kelvin ( K ) maka T = 427 C + 273 = 700 K
misal jumlah
mol N2 yang bereaksi = x mol maka susunan kesetimbangan dapat dihitung
sebagai berikut :
karena
jumlah mol totalnya = 40 mol maka x dapat dicari :
(10 - x)
+ (40 - 3x) + 2x = 40
-2x =
-10
x
= 5
susunan
mol saat kesetimbangan sebagai berikut :
N2 =
10 - x = 5 mol
2 =
40 - 3x = 25 mol
NH3 =
2x = 10 mol
Tekanan
Parsial gas saat setimbang :
tekanan
parsial N2 = 5/40 . 230 atm = 28,75 atm
tekanan
parsial H2 = 25/40 . 230 atm = 143,75 atm
tekanan
parsial NH3 = 10/40 . 230 atm = 57,50 atm
BAB III
PENUTUP
Suatu reaksi
dapat menjadi reaksi kesetimbangan jika reaksi baliknya dapat dengan mudah
terjadi secara bersamaan.
Suatu reaksi
kesetimbangan tidaklah statis, melainkan bersifat dinamis. Artinya, secara
makroskopis reaksi berlangsung terus menerus dalam dua arah dengan laju yang
sama. Karena laju pembentukan zat ke ruas kanan sama dengan laju pembentukan
zat ke ruas kiri, maka pada keadaan setimbang jumlah masingmasing zat tidak
lagi berubah, sehingga reaksi tersebut dianggap telah selesai.
Kesetimbangan
kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup. Sistem tertutup adalah
suatu sistem reaksi dimana baik zat-zat yang bereaksi maupun zatzat hasil
reaksi tidak ada yang meninggalkan sistem. Reaksi antara timbal (II) sulfat
dengan larutan natrium iodida tidak mungkin berlangsung bolak balik jika timbal
(II) iodida yang terbentuk pada reaksi tersebut dibuang atau dihilangkan dari
sistem.
No comments:
Post a Comment