PENGORGANISASIAN
A.
Pengertian
Dan Hakekat Pengorganisasian
1.
Pengertian
Fungsi pengorganisasian (organizing
= Pembagian kerja) berkaitan erat dengan fungsi perencanaan, krena
pengorganisasian pun harus direncanakan. Pengertian pengorganisasian (organizing)
dan organisasi (organization) berbeda. (S.P. Hasibuan, 2006: 118)
Pengorganisasian adalah funsgi manajemen
dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat
atau wadah yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan, penentuan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilakukan, penelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan
kepada setiap karyawan, penetapan departemen – departemen (subsistem) serta
penentuan hubungan-hubungan. (S.P. Hasibuan, 2006: 118)
Organizing berasal
dari kata organize yang berarti
menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang dintegrasikan sedemikian rupa,
sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap
keseluruhannya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola, skema, bagan yang
menunjukkan garis-garis perintah, kedudukan karyawan, hubungan-hubungan yang
ada, dan lain sebagainya. (S.P. Hasibuan, 2006: 118)
Organisasi hanya merupakan “alat” dan
“wadah” tempat manajer melakukan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Hasil dari pengorganisasian adalah organisasi.
Pengorganisasian diproses oleh organisator (manajer), hasilnya organisasi yang
sifatnya statis. Jika pengorganisasian baik maka organisasi pun akan baik dan
tujuan pun relatif mudah dicapai. (S.P. Hasibuan, 2006: 118)
Pengertian pengorganisasian dan
organisasi ini, menurut para ahli adalah: (S.P. Hasibuan, 2006: 118)
a.
Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan
Pengorganisasian adalah
suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap
aktivitas in, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut.
b.
Drs. Soekarno
K
Organisasi sebagai fungsi
manajemen (organisasi dalam pengertian dinamis) adalah organisasi yang
memberikan kemungkinan bagi manajemen dapat bergerak dalam batas-batas
tertentu. Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu mengadakan
pembagian kerja.
Kesimpulan defenisi-defenisi di atas
adalah bahwa pengorganisasian (organizing) adalah fungsi manajemen,
sifatnya dinamis dan merupakan proses untuk memperoleh organisasi (organization)
yang menjadi alat dan wadah manajer melakukan aktivitasnya dalam mencapai
tujuan (S.P. Hasibuan, 2006: 120)
c.
Drs. H.
Malayu S.P. Hasibuan
Organisasi adalah suatu
sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok
orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya
merupaka alat dan wadah saja.
d.
Prof. Dr. Mr.
S. Pradjudi Atmosudiro
Organisasi adalah struktur
tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang
pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai
suatu tujuan tertentu. (S.P. Hasibuan, 2006: 121)
Aspek-aspek penting dari defenisi-defenisi di atas, adalah:
a.
Adanya tujuan
tertentu yang ingin dicapai.
b.
Adanya sistem
kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang.
c.
Adanya
pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan.
d.
Adanya
penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegral.
e.
Adanya
keterikatanformal dan tata tertib yang harus ditaati.
f.
Adanya
pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
g.
Adanya
unsur-unsur dan alat-alat organisasi
h.
Adanya
penempatan orang-orang dan alat-alat organisasi. (S.P. Hasibuan, 2006: 122)
2.
Hakikat
Organisasi
Sebagai alat administrasi dan manajemen,
organisasi dapat ditinjau dari dua sudut pandangan, pertama, organisasi
dapat dipandang sebagai “wadah” di mana kegiatan-kegiatan administrasi dan
manajemen dijalankan. Kedua, organisasi dapat dipandang sebagai proses
di mana analisis interaction antara orang-orang yang menjadi anggota
organisasi itu. (Siagian, 2014: 96)
a.
Organisasi
sebagai wadah
Sebagai wadah
organisasi adalam tempat di mana kegiatan-kegiatan administrasi dan manajemen
dijalankan. Sebagai wadah organisasi bersifat “relatif statis”. Organisasi
perlu memiliki suatu pola dasar struktur organisasi yang relatif permanen.
Tetapi meskipun demikian berbagai perkembangan, seperti semkin kompleksnya
tugas-tugas yang harus dilaksanakan, berubahnya tujuan, bergantinya pimpinan,
beralihnya kegiatan, semuanya dapat merupakan faktor yang menuntut adanya
perubahan dalam struktur suatu organisasi. (Siagian, 2014: 96)
b.
Organisasi
sebagai Proses
Organisasi sebagai proses menyoroti
interaksi antara orang-orang di dalam organisasi itu. Karenanya, organisasi
sebagai proses, jauh lebih dinamis sifatnya dibandingkan dengan organisasi
sebagai wadah. Organisasi sebagai proses membawa kita kepada pembahasan dua
macam hubungan di dalam organisasi yang menimbulkan hubungan formal dan
informal. (Siagian, 2014: 97)
Hubungan formal antara orang-orang dalam
organisasi pada umumnya telah diatur dalam dasar hukum pendirian organisasi dan
pada struktur organisasi serta hierarki yang terdapat dalam organisasi.
Hubungan formal ini biasanya tergambar dalam bagan organisasi sesuai dengan
dasar hukum yang telah ditentukan.
Sebaliknya, hubungan informal antara
orang –orang di dalam organisasi tidak diatur dalam dasar hukum pendirian
organisasi. Tidak pula terlihat dalam struktur organisasi. Juga tidak tergambar
dalam bagan organisasi.
Dasar hubungan yang bersifat informal
itu, antara lain adalah:
1)
Hubungan yang
didsasarkan pada personal relations
2)
Kesamaan
keahlian para anggota organisasi
3)
Kesamaan
kepentingan dalam organisasi
4)
Kesamaan
minat dalam kegiatan-kegiatan di luar organisasi seperti olahraga, koperasi dan
lain-lain.
B.
Prinsip-prinsip
Pengorganisasian
Dikatakan bahwa hasil pengogranisasian
ialah terciptanya orgnisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Organisasi yang baik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (Siagian, 2014: 97)
1.
Terdapat
tujuan yang jelas. Tanpa adanya tujuan yang
jelas, organisasi dapat diumpamakan dengan sebuah kapal yang berlayar
tanpa mempunyai pelabuhan yang akan ditujunya.
2.
Tujuan
organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam organisasi. Apabila setiap orang di
dalam organisasi mengetahui tujuan apa yang hendak dicapai organisasi ada
beberapa hal yang dapat mereka laksanakan, yaitu
a. mengetahui apa yang diharapkan oleh organisasi dari
mereka masingmasing;
b. dapat memahami apa yang mereka dapat harapkan dari
organisasi;
c. dapat menilai apakah tujuan organisasi itu sinkron
dengan tujuan mereka pribadi;
d. jika belum sinkron, mereka dapat memutuskan apakah
berusaha untuk rnensinkronisasikan atau tidak, ataukah akan meninggalkan
organisasi tersebut.
3.
Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang
dalam organisasi. Jika Para anggota organisasi menilai tujuan yang hendak
dicapai itu merupakan tujuan yang layak amok dicapai, melalui mana tujuan
mereka pribadi pun akan tercapai Pula, maka mereka akan lebih purdah untuk
digerakkan memberikan pengorbanan-pengorbanan tertentu, balk dalam arti waktu,
tenaga, keahlian, dan kemampuan yang maksimal. (Siagian, 2014: 98)
4.
Adanya kesatuan arah (unity of direction). Artinya
bahwa semua kegiatan, semua sumber, semua pemikiran, keahlian, waktu, dan
kemampuan ditujukan hanya kepada satu arah, yaitu pencapaian tujuan dengan cara
yang seefisien dan seefektif mungkin.
5.
Adanya kesatuan perintah (unity of command). Hakikat
prinsip ini ialah bahwa setiap orang bawahan hanya mempunyai seorang atasan
langsung kepada siapa ia memberikan laporan dan pertanggungjawaban dan dari
siapa ia menerima perintah, instruksi, bimbingan, dan pedoman keija.
6. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang. prinsip ini sangat
penting karena wewenang yang lebih
besar dari tanggung jawab sering
memudahnkan penyalahgunaan wewenang tersebut yang akibatnya akan merugikan
organisasi. Sebaiiknya apabila tanggung jawab yang lebih besar dari wewenang,
di dalam pelaksanaan togas kemungkinan besar akan timbal kemacetan-kemacetan,
karma seseorang tidak akan merasa
"aman" untuk melakukan sesuatu
tindakan tertentu sebab raga-raga apakah tindakan itu masih dalam batas
wewenangnya atau tidak. Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud dengan wewenang ialah hak seseorang menyuruh atau melarang
orang lain bertindak, menyuruh atau melarang orang lain menggunakan sesuatu sumber dan atau alat. Yang dimaksud dengan tanggung jawab adalah kewajiban
untuk melakukan tugas serta menggunakan
alat yang telah dipercayakan kepada seseorang.
7. Adanya pembagian tugas (distribution of work). Organisasi dalam arti
filosofis adalah manifestasi kemampuan manusia untuk bekerja secara kooperatif. Karenanya, tugas-tugas yang terdapat di
dalam organisasi harus
dibagi-bagi" sesuai
dengan kemampuan, kcalilian dan bakat orang-orang di dalam organisasi. Dalam
hubungan ini perlu diperhatikan bahwa biasanya di dalam suatu organisasi
terdapat dua kelompok manusia,
yakni sebagai berikut
a. Kelompok manusia yang mempunyai kapasitas yang tinggi,
daya kreasi yang besar serta daya prakarsa yang tinggi pula. Kepada mereka inilah diberikan tugas, tanggung
jawab, dan wewenang yang lebih besar dan mereka inilah yang dikembangkan karena
mempunyai potensi yang belum tergali.
b. Kelompok manusia yang tidak terlalu senang menerima tanggung jawab, yang kurang daya
kreasinya serta yang inisiatifnya
rendah. Pada mulanya kepada orang-orang yang demikian tidak mungkin diberi
tanggung jawabapalagi wewenang–yang besar. Karena mereka memerlukan bimbingan
yang tepat, pendidikan dan pelatihan yang intensif, pimpinan perlu melihat dan mempelajari dalam segi-segi mereka
ini masih bisa dikembangkan.
8.
Struktur Organisasi harus disusun sesederhana
mungkin
9.
Pola dasar organisasi harus relatif permanen.
10. Adanya
jaminan jabatan (Security of tenure). Hal ini berarti bahwa kelompok
pimpinan tidak boleh memperlakukan bawahannya dengan semena-mena, misalnya
dalam bentuk pemecatan tanpa alasan yang kuat.
11. Imbalan yang
diberikan kepada setiap orang harus setimpal dengan jasa yang diberikan
12. Penempatan
orang yang sesuai dengan kehaliannya (the right man on the right place).
(Siagian, 2014: 99)
C.
Organisasi
dan Rancangan Kerja
Menurut para ahli
tentang organisasi dan rancangan kerja adalah:
1.
The
Liang Gie
Struktur organisasi adalah kerangka yang
mweujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan di antara bidang-bidang kerja,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peranan masing-masing dalam
kebulatan kerja sama.
2.
Drs.
H. Malayu S.P Hasibuan
Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe
organisasi, pendepartemenan organisasi kedudukan dan jenis wewenang pejabat,
bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang
kendali dan sistem pimpinan organisasi.
Suatu struktur organisasi
akan memberikan infromasi tentang
1.
Tipe
organisasi, artinya struktur organisasi akan memberikan informasi tentang tipe
organisasi yang dipergunakan perusahaan, apa line organization, line and staff
organization, atau functional organization.
2.
Pendepartemenan
Organisasi artinya struktur organisasi akan memberikan informasi mengenai dasar
pendepartemenan (bagian), apa berdasarkan fungsi manajemen, wilayah, produksi,
shif dan lain sebagainya.
3.
Kedudukan,
artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai apa seseorang
termasuk kelompok manajerial atau karyawan operasional.
4.
Jenis
wewenang, artinya struktur organisasi memberikan informasi tentang wewenang
yang dimiliki seseorang, apa line authority, staff authority, atau functional
authority.
5.
Rentang
kendali, artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai jumlah
karyawan pada setiap departemen (bagian)
6.
Manajer dan
bawahan, artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai gais
perintah dan tanggung jawab, siapa atasan dan siapa bawahan.
7.
Tingkatan
manager, artinya struktur organisasi memberikan informasi tentang top manager,
middle manager, dan lower manager.
8.
Bidang
pekerjaan, artinya setiap kotak dalam struktur organisasi memberikan informasi
mengenai tugas-tugas dan pekerjaan-pekerjaan serta tanggung jawab yang
dilakukan pada bagian tersebut.
9.
Tingkat
manajemen, artinya sebuah bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahn
secara peroranga, tetapi juga hierarki manajemen secara keseluruhan. Semua
karyawan yang melapor kepada orang yang sama berada pada tingkat manajemen yang
sama, tidak jadi soal di mana mereka ditempatkan dalam organisasi.
10. Pimpinan organisasi, artinya struktur organisasi
memberikan informasi tentang apa pimpinan tunggal atau pimpinan kolektif, atau
presidium. (S.P. Hasibuan, 2006: 127-128)
Langkah-langkah dalam
pengorganisasian sebuah organisasi:
1.
Manajer harus
mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai, apakah profit motive atau
service motive.
2.
Penentuan
kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan dan
menspesifikasikan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
3.
Pengelompokan
kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokkan kegiatan-kegiatan ke
dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama. Kegiatan-kegiatan yang
bersamaan dan berkaitan erat distukan ke dalam satu departemen atau satu
bagian.
4.
Pendelegasian
wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya wewenang yang akan
didelegasikan kepada setiap departemen.
5.
Rentang
kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah karyawan pada setiap
departemen atau bagian.
6.
Peranan
perorangan, artinya manajer harus menetapkan dengan jelas tugas-tugas setiap
individu karyawan, supaya tumpang tindih tugas dhindarkan.
7.
Tipe
organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa yang akaj
dipakai, apakah line organization, line and staff organizationataukah function
organization.
8.
Struktur
(organization chart= bagan organisasi), artinya manajer harus menetapkan
struktur organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan, apa struktur
organisasi “segitiga vertikal, segitiga horizontal, berbentuk
Jika proses pengorganisasian di atas
dilakukan dengan baik dan berdasarkan ilmiah maka organisasi yang disusun akan
baik, efektif, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
(S.P. Hasibuan, 2006: 127)
D.
Wewenang
dan Kekuasaan
Otoritas atau wewenang dan kekuatan
(power) akan menentukan kemampuan seseorang menduduki status terentu. Otoritas
adalah hak-hak yang melekat pada status yang diberikan kepadanya. Sedangkan
kekuatan (power) adalah kemampuan seseorang untuk membuat orang lain
mengerjakan sesuatu atau mengubah perilaku orang tersebut, terlepas dari apakah
ia memegang status formal atau tidak. (Pidarta, 2004: 67)
Otoritas dan kekuatan itu ditentukan
oleh tiga faktor yaitu faktor pengangkatan, faktor peranan (role), dan faktor
pembawaan. (Pidarta, 2004: 68)
Faktor pengangkatan, seseorang yang
diangkat secara sah oleh atasan untuk status tertentu, relatif akan dihormati
dan dipatuhi oleh para bawahan sebab yang mengangkat mempunyai wewenang untuk
itu sudah disahkan oleh para anggota organisasi dan atau oleh warga yang lebih
luas.
Peranan (role) adalah perilaku yang
diharap cocok dalam memegang status tertentu. Arti perilaku di sini mencakup
kepribadian, keahlian, dan keterampilan yang cocok dengan status yang
dipegangnya sudah tentu akan memiliki otoritas dan kekuatan (power) yang besar.
Faktor pembawaan kadang-kadang juga
dapat meningkatkan otoritas dan kekuatan seseorang dalam status tertentu,
selama orang bersangkutan mempunyai bakat untuk melaksanakan pekerjaan status
yang dipercayakan kepadanya. Kalau hal ini terjadi maka orang mengatakan ia
meliki karismatik.
Ketiga faktor penentu otoritas dan
kekuatan itu perlu diperhatikan oleh orang-orang yang berwenang menempatkan
seseorang dalam status tertentu. Penempatan orang-orang dalam statusnya dan
dalam pekerjaannya disebut dengan istilah stafing.
Dalam struktur ada tiga istilah yang
berhubungan dengan otoritas dalam menyelesaikan tujuan organisasi, yaitu
otoritas lini seperti tersebut di atas, sedangkan otoritas staf adalah hanya
terbatas kepada memberikan bantuan kepada lini dalam menyelesaikan tugasnya.
Sementara itu para personalia yang duduk dalam staf bisa juga membentuk
fungsi-fungsi, misalnya fungsi kemahasiswaan, keuangan, dan sebagainya. (Pidarta,
2004: 69)
E.
Penyusunan
Personalia dalam Organisasi
Penyusunan personalia adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan perekrutan, penempatan, lahan, dan pengembangan anggota
organisasi. Kegiatan – kegiatan penyusunan personalia berhubungan dengan tugas
– tugas kepemimpinan, motivasi, dan komunikasi. Lalu pembahasannya menjadi
bagian dari fungsi pengarahan. Fungsi tersebut berhubungan dengan fungsi
pengorganisasian. Semua fungsi manajemen saling berkaitan sehingga fungsi
penyusunan personalia harus dilakukan oleh manajer. (Handoko, 2003: 31)
Proses penyusunan personalia proses adalah serangkaain kegiatan yang dijalankan
secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan personalia organisasi dengan SDM,
posisi, dan waktu yang tepat. Proses ini dilaksanakan dalam dua lingkungan yang
berbeda yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Unsur – unsurnya
terdapat dalam organisasi. Langkah – langkah proses ini mencakup:
1. Perencanaan sumber daya manusia: dirancang untuk
memenuhi kebutuhan personalia organisasi.
2. Penarikan : berhubungan dengan pengadaaan calon –
calon yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia.
3. Seleksi : penilaian dan pemilihan para calon
personalia.
4. Pengenalan dan orientasi : dirancang untuk membantu
para calon yang terpilih dapat menyesuaikan diri.
5. Latihan dan pengembangan : bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan individu dan kelompok demi efektivitas organisasi.
6. Penilaian pelaksanaan kerja : membandingkan
pelaksanaan kerja perseorangan dan tujuan – tujuan yang dikembangkan untuk
posisi tersebut.
7. Pemberian balas jasa dan penghargaan : digunakan
sebagai kompensasi pelaksanaan kerja dan motivasi untuk pekerjaan selanjutnya.
8. Perencanaan dan Pengembangan karir : mencakup promosi,
demosi, penugasan kembali, pemecatan, dan pensiun. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Suatu organisasi tidak bisa menunggu orang – orang yang mereka butuhkan untuk
posisi tertentu. Mereka harus merencanakan kebutuhan dan memutuskan dimana
menemukan orang – orang yang dicari di masa depan. (Handoko, 2003: 31)
Perencanaan personalia termasuk dalam hal ini
diperlukan untuk menyediakan macam dan jumlah karyawan yang dibutuhkan dalam
pencapaian organisasi. Ada 3 bagian perencanaan personalia :
1. Penentuan jabatan yang harus di isi, kemampuan
karyawan yang dibutuhkan untuk mengisi posisi tersebut.
2. Pemahaman tenaga kerja
dimana karyawan pontesial ada.
3.
Pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran
karyawan. Penarikan dan Seleksi Karyawan Setelah menetukan kebutuhan personalia
organisasi, langkah selanjutnya adalah penarikan karyawan dari sumber internal
dan eksternal perusahaan tersebut. Lalu menyeleksi para calon karyawan yang
tersedia dari hasil penarikan.
(Handoko, 2003: 32)
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Hani, Manajemen
edisi 2 ,BP7E – Yogyakarta, Yogyakarta 2003
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen: Dasar,
Pengertian dan Masalah. Jakarta. Bumi Aksara.
Siagian, Sondang. P.
2014. Filsafat Administrasi. Bandung: Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment