BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang filsuf Perancis,
Montaigne, menulis sebuah buku yang mencantumkan beberapa anekdot dan
observasinya. Buku pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul
Essais yang berarti attempts atau usaha. Montaigne menulis beberapa cerita
dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya diterbitkan berdasarkan pendapat
pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne, bertujuan
mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.
Di Indonesia bentuk esai dipopulerkan oleh HB Jassin melalui
tinjauan-tinjauannya mengenai karya-karya sastra Indonesia yang kemudian
dibukukan (sebanyak empat jilid) dengan judul Kesusastraan Indonesia Modern
dalam Kritik dan Esei (1985), tapi Jassin tidak bisa menerangjelaskan rumusan
esai.
B. Rumusan
1.
Bagaimana
Hakikat Sebuah Esai?
2.
Bagaimana
Karakteristik Esai?
3.
Apa saja
yang termasuk Jenis Esai?
4.
Bagaimana
Struktur Sebuah Esai?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Esai
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah
secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai
disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan
formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan
“saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai
yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan
penulisan.
Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang
mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi
menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi
subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh
informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan
kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai,
atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.[1]
Apa yang membedakan esai dan bukan esai? Untuk menjawab
pertanyaan ini dapat dilakukan dengan merujuk pendapat-pendapat atau
rumusan-rumusan yang telah ada, tetapi pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan
yang telah ada sering kali masih tidak lengkap dan kadang bertolak belakang
sehingga masih mengandung kekurangan juga. Misal mengenai ukuran esai, ada yang
menyatakan bebas, sedang, dan dapat dibaca sekali duduk; mengenai isi esai, ada
yang menyatakan berupa analisis, penafsiran dan uraian (sastra, budaya,
filsafat, ilmu); dan demikian juga mengenai gaya dan metode esai ada yang
menyatakan bebas dan ada yang menyatakan teratur.
Penjelasan mengenai esai
dapat lebih "aman dan mudah dimengerti" jika ditempuh dengan cara meminjam
pembagian model penalaran ala Edward de Bono. Menurut De Bono, penalaran dapat
dibagi menjadi dua model. Pertama, model penalaran vertikal (memusatkan
perhatian dan mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan) dan kedua model
penalaran lateral (membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan dan
pengaruh).[2]
Dari pembagian model penalaran ini, esai cenderung lebih
mengamalkan penalaran lateral karena esai cenderung tidak analitis dan acak,
melainkan dapat melompat-lompat dan provokatif. Sebab, esai menurut makna asal
katanya adalah sebuah upaya atau percobaan yang tidak harus menjawab suatu
persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut Francis Bacon,
esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang sebuah makanan yang mengenyangkan.
B. Karakteristik
Esai
Ciri pertama
berkaitan dengan jumlah kata dalam sebuah essay. Memang tidak ada aturan baku
yang menyebutkan berapa jumlah kata dalam sebuah esai.[3]
Patokannya adalah bahwa sebuah essay harus selesai dibaca dalam sekali duduk.
Pengertian ini bisa diilustrasikan sebagai berikut. Ketika seseorang sedang
duduk menunggu giliran periksa kesehatan di sebuah klinik, dia harus sudah
selesai membaca sebuah essay saat dia berdiri dipanggil masuk ke kamar periksa.
Meskipun aturan ini tidak begitu jelas, patokan "sekali duduk" ini
cukup membantu ketika seseorang ingin menulis sebuah essay.
Terkait dengan
jumlah kata ini, beberapa buku komposisi memberikan batasan yang lebih jelas.
Sebuah karangan dikategorikan essay bila karangan tersebut berjumlah antara 500
sampai dengan 1500 kata. Bila diketik dalam bentuk dokumenmicrosoft word,
panjang sebuah esai berkisar antara tiga sampai dengan tujuh halaman ukuran
kertas A4 yang diketik dengan font berukuran 12 dan berspasi
ganda. Sebuah esai yang melebihi 1500 kata, misalnya 3000 atau 4000 kata, akan
digolongkan sebagai extended essay (esai yang diperpanjang).
Ciri lain esai
adalah struktur penulisannya. Struktur essay terbagi dalam tiga bagian yang
diwujudkan dalam bentuk paragraf. Bagian pertama essay adalah paragraf
pendahuluan atau pengantar. Dalam bagian ini, penulis memberikan pengantar yang
mencukupi dan relevan tentang topik yang ia tulis. Yang paling penting dalam
paragraf pendahuluan adalah kalimat tesis (thesis statement) yang
berfungsi sebagai gagasan pengontro (controlling idea) untuk bagian isi
essay. Bagian kedua adalah paragraf-paragraf isi yang merupakan penjabaran atau
pembahasan lebih lanjut dari gagasan yang ingin disampaikan penulis. Jumlah
paragraf dalam bagian ini tergantung dari jumlah gagasan utama yang hendak
disampaikan dalam esai. Bagian terakhir adalah paragraf penutup. Bagian ini
dapat berisi ringkasan dari gagasan yang telah disampaikan dalam isi esai atau
penegasan atas gagasan utama yang telah disampaikan.
Ciri yang paling
membedakan esai dengan jenis karangan lain berkaitan dengan gaya bahasa.
Pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisan merupakan hal terkait erat
dengan penulis essay. Penulis essay yang berpengalaman biasanya memiliki ciri
tertentu ketika menulis essay. Semakin sering seseorang menulis essay, semakin
mudah gaya bahasa orang tersebut dikenali. Misalnya, esai tulisan Gunawan
Muhamad tentu berbeda dengan esai yang ditulis oleh Bakti Samanto atau oleh
Umar Kayam. Keunikan gaya bahasa ini menjadi ciri esai yang menonjol.[4]
Sebagai
simpulan,essay merupakan buah pikir yang ditulis secara ringkas. Topik apa pun
dapat ditulis dalam bentuk essay. Karena itu esai menjadi salah satu jenis
tulisan yang sering dijadikan alat uji untuk mengukur intelegensi seseorang.
Seorang yang berpengetahuan luas akan dapat menyampaikan gagasannya
secara runtut, logis, dan menarik. Semakin sering kita membaca, semakin besar
kemungkinan kita untuk dapat menulis essay dengan baik.Dengan banyak membaca,
kita akan memiliki lebih banyak gagasan untuk ditulis. Persoalan utamanya
tinggal mewujudkan gagasan yang sudah tertanam dalam benak kita melalui tulisan
yang harus terus-menerus kita latih agar semakin lama semakin sempurna.
Dapat
disimpulkan karakteristik sebuah esai adalah[5]
1.
Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa,
menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
2. Singkat, maksudnya dapat
dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3. Memiliki gaya pembeda.
Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang
membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4. Selalu tidak utuh, artinya
penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang
hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada
para pembaca.
5. Memenuhi kebutuhan
penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki
kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan,
pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan
kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak
membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.
6. Mempunyai nada pribadi
atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang
lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah
pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya,
pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.
C. Jenis
Esai
Ada enam jenis esai,
yaitu:
1.
Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek
atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa
mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
2.
Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat
kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan
pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu
dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini
pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.
3.
Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang
penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada
para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis
terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan
biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak
pribadi tersebut.
4.
Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan
tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya
sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan
kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir
tentang dirinya sendiri.
5.
Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal
dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan
hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya
kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada
para cendekiawan.
6.
Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri
pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater,
kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan
seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini
membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang
karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.[6]
D. Struktur
Esai
Untuk menulis esai yang baik, terdapat
susunan atau struktur dari eai yang harus diperhatikan penulis. Diantaranya
adalah sebagai berikut:[7]
1. Pendahuluan
Di dalam pendahuluan, kita dapat
mengungkapkan topic atau tema yang akan dibahas dalam keseluruhan esai.
Unsur-unsur yang ada di dalam pendahuluan adalah latar belakang dan pendapat
pribadi penulis mengenai tema yang akan dibahas secara lebih jelas dan detil pada
bagian selanjutnya. Pendahuluan menjadi pengantar pembaca untuk memahami topic
yang akan dibahas sehingga pembaca lebih mudah menelaah isi esai.
2. Isi/Pembahasan
Isi atau pembahasan adalah bagian dari esai
yang menjelaskan tema/topic tulisan secara lebih detil. Di dalam isi, penulis
menjabarkan pendapatnya secara kronologis atau urut sesuai dengan ide yang
disusun dalam kerangka sehingga esai menjadi koheren.
3. Kesimpulan/Penutup
Kesimpulan
adalah bagian terakhir dalam esai. dal Bagian ini berisi kalimat yang merangkum
atau menyimpulkan apa yang sudah disampaikan di pendahuluan dan pembahasan.
Kesimpulan tidak boleh melebar ke topik lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi esai adalah sebuah
komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek
tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi
latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar
tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek;
dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan
kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa
observasi tentang subyek.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan,
baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, Hani'ah. 2007. Kamus Istilah
Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Badudu J.S dan
Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
No comments:
Post a Comment