BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu program pendidikan yang
diarahkan kepada usaha pembaruan pendidikan nasional. Jika dilihat arti tujuan
bimbingan dan konseling secara mendalam, maka jelas urgensi bimbingan dan
konseling sangat besar bagi usaha pemantapan arah hidup generasi muda dalam
berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mental dalam masyarakat.
Manusia
merupakan makhluk yang diciptakan oleh allah swt yang mana manusia tersebut
diciptakan oleh allah swt diberikan akal dan fikiran untuk berfikir, mana yang
baik mana yang buruk. Oleh karena itu manusia digolongkan sebagai makhluk yang
tinggi di atas makhluk lainnya. Dalam masalah ini, manusia memiliki
dimensi-dimensi dimana dimensi itu memiliki pembagian. Oleh karena itu kami
akan membahas materi dimensi kemanusian yang akan berguna bagi teman-teman
semua.
Pada praktiknya studi kasus diselenggarakan
melalui cara-cara yang bervariasi, seperti analisis laporan sesaat (anecdotal
report), otobiografi klien, deskripsi tentang tingkah laku, perkembangan
klien dari waktu ke waktu (case history), himpunan data (cumulative
records), konferensi kasus (case conference) seperti yang
diungkapkan jones, 1951; mc daniels, 1957; tolbert, 1959; bernard & fulmer,
1969; patterson, 1978; fisher, 1978.
Tujuan pemberian
layanan konseling adalah agar induvidu dapat, merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangna karir serta kehidupan dimasa akan datanng,
mengembangkan saluruh potensi dimasa akan datang dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin,
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bimbingan
Konseling
Bimbingan berasal dari bahasa
Inggris ”guidance”. Kata ini adalah kata dalam bentuk (kata benda) yang
berasal dari kata kerja ”to guide” artinya menunjukan bimbingan atau
menuntun orang lain ke jalan yang benar.Jadi kata ”guidance” berarti pemberian
petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan.
Bimbingan
adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuan secara
maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar besarnya baik bagi dirinya
maupun bagi masyarakat.
Konseling berasal dari kata ”counseling”
adalah kata dalam bentuk masdar dari ”to counsel” secara etimologis
berarti ”to give advice” atau memberikan saran dan nasehat. Jadi konseling
adalah bantuan yang di berikan kepada individu dalam memecahkan masalah
kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang
di hadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Jadi pengertian bimbingan dan
konseling adalah pelayanan bantuan untuk masyarakat baik secara perorangan
maupun kelompok untuk membantu mememcahkan masalah kehidupan yang dialaminya
dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan kehidupannya.
Pengertian bimbingan ini
berhubungan dengan QS. Al-Asr Ayat 3.
Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr: 3)
Menurut
analisa saya: Keterkaitan antara surat Al-Asr dengan pengertian bimbingan
konseling ialah dimana di dalam pengertian bimbingan dan konseling itu terseirat makna bahwa seorang konselor
bertugas dan berkewajiban untuk dapat mengarahkan para kliennya yaitu bisa saja
dengan memberikan masukan, arahan serta nasehat kepada klien, judi dalam
menyampaikan nasehat kepada klien, seorang konselor harus memberikan nasehat
yang baik kepada klien, dan harus menyampaikan nasehat tersebut secara lemah
lembut serta sabar agar klien dapat menerima nasehat tersebut.
B.
Pengertian Dimensi
Kemanusiaan
Dimensi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan “suatu ukuran yang mencangkup luas,
panjang, lebar dan lain-lain.” Dalam filsafat, “dimensi merupakan suatu sistem
yang dapat mengukur gerak bebas.” Ada juga yang berpendapat bahwa dimensi
merupakan suatu aktifitas meditasi yang telah dilakukan oleh sekelompok manusia
yang mengakui bahwa adanya batasan tentang suatu kehidupan yang nyata dan tidak
nyata.
Kemanusiaan diambil dari kata “manusia” yang berarti makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lainnya,
manusia dikatakan sempurna karena manusia memiliki akal fikiran baik atau buruk
sesuatu yang dilakukan oleh manusia itu tergantung akal dan fikirannya itu
sendiri. Jadi kemanusiaan ialah perasaan yang dimiliki oleh manusia yang
digunakan untuk membedakan mana yang baik atau buruk yang menentang ajaran
agama dengan cara berfikir.
Dapat disimpulkan, bahwa Dimensi
Kemanusiaan adalah ukuran kemampuan atau batas kemampuan manusia dalam berfikir
atau dalam melakukan suatu perbuatan
yang akan dilakukannya.
Pengertian dimensi kemanusiaan ini berhubungan dengan QS.
At-Tin ayat 4:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Menurut
Analisa saya:
keterakitan antara pengertian dimensi kemanusiaan dengan QS At-Tin ayat 4
adalah bahwa di dalam pengertian dimensi kemanusiaan ini tersirat makna bahwa
seorang konselor itu dalam memberikan pelayanan kepada seorang klien harus
melibatkan pemikiran atau akalnya dalam membantu klien untuk menghadapi masalah
klien, serta konselor tersebut harus dapat melatih akalnya untuk menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang cerdas, maka dengan pemikiran tersebut klien bisa
terbantu dalam menghadapi permasalahannya, jadi kesimpulannya seorang klien itu
harus pintar dalammelibatkan akalnya dalam berfikir.
Menurut
tafsir Al-Maraghi sesungguhnya manusia diciptakan dalam bentuk yang paling
baik. Kami ciptakan dia dalam tinggi yang memadai, dan memakan-makanannya
dengan tangan, tidak seperti makhluk lain yang mengambil makanan, memakannya
dengan mulutnya lebih dari itu kami istimewakan manusia dengan akalnya, agar
bisa berfikir dan menimba berbagai ilmu pengetahuan serta bisu mewujudkan
segalanya dengan akal.
C.
Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
1.
Dimensi Keindividualan
(individual)
Kata kunci dimensi keindividuan adalah potensi dan
perbedaan. Di sini bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potensi, baik
potensi fisik maupun mental, dan potensi tersebut unik sehingga berbeda-beda
antar individu.
Dimensi keindividualan ini berhubungan dengan QS. Ar-ra’d ayat 11
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia adalah satu-satunya
makhluk yang (dalam batas-batas tertentu) memiliki kebebasan kehendak untuk merealisasikan
secara aktif potensi-potensinya, serta mampu mengubah nasibnya sendiri selama
mereka mau mengubahnya.
Menurut analisa saya bahwa dimensi keindividuan ini
berkaitan dengan QS. Ar-Ra’d ayat 11 ini. Dimana di dalam ayat ini diselaraskan
bahwa Allah tidak akan mengubah, suatu keadaan seseorang/satu kaum, sampai
mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, jadi ayat ini
sangat berkaitan dengan dimensi keindividuan, dimana antar individu memiliki
potensi yang berbeda-beda, karena mengembangkan dan mengubah suatu keadaan
sesuai dengan yang ada pada dirinya masing-masing, sehingga dapat membentuk
sebuah potensi dalam diri individu.
2.
Dimensi Kesosialan (Sosial)
Kata kunci dari dimensi sosial ini adalah komunikasi
dan kebersamaan dengan kata lain individu lain dalam bentuk persahabatan,
kekeluargaan, perkumpulan dan organisasi baik dalam bentuk formal dalam bentuk
non formal.
Dimensi
kesosialan ini berhubungan dengan QS. Syu’ara ayat: 214
Artinya: “dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu
yang terdekat”
Menurut
analisa saya QS. As-Syu’ara ini berhubungan dengan dimensi kesosialan dimana
ayat ini memerintahkan manusia untuk memperingati
manusian-manusia lainnya. Jadi dalam memperingati manusia-manusia yang lain itu
membutuhkan komunikasi antar sesame, karena tidak mungkin seseorang individu
memperingati individu yang lain tanpa adanya interaksi, komunikasi serta rasa
kebersamaan terhadap individu yang lainnya.
3.
Dimensi Kesusilaan (susila)
Dimensi kesusilaan adalah dimensi yang mengatur sikap
dan tingkah laku manusia dalam beretika dan bersikap. Kata kunci adalah nilai dan moral
yang mencakup kemampuan dasar setiap individu untuk memberikan penghargaan
terhadap sesuatu, dalam rentang penilaian tertentu. Jadi dalam diri manusia
harus terdapat dimensi kesusilaan yang beraplikasi sebagai pengembangan
aspek-aspek susila dan moral dalam pendidikan melalui proses pembelajaran.
Dimensi
kesusilaan ini berhubungan dengan QS. Ar-ra’d ayat 27
Artinya: “orang-orang kafir berkata:
"Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?"
Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya",
Menurut analisa saya sehubungan antara dimensi
kesusilaan ini berhubungan dengan QS Ar-Ra’d ayat 27. Karena sebagaimana yang
telah dijelaskan dalam ayat bahwa seorang individu ada yang memiliki sifat yang
buruk (fasik) dan ada pula individu yang memiliki sifat yang baik (takwa) itu
semua tergantung dengan manusianya sendiri, dan agar seorang individu memiliki
sikap yang baik atau agar manusia memiliki dimensi kesusilaan maka manusia
tersebu harus mendidik dirinya, kea rah yang lebih baik karena baik atau
buruknya etika seseorang juga tergantung pada proses pendidikan dan pengajaran.
4.
Dimensi Keagamaan (agama)
Kata kunci dimensi keagamaan adalah Iman dan Takwa.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah
yang memerlukan penopang hidup yang kuat yaitu agama kehidupan semata-mata
bukan hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat.
Dimensi
Keagamaan ini berhubungan dengan QS. Al-Baqarah Ayat 201.
Artinya: “ dan di antara mereka ada orang
yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".
Menurut
analisa saya dimensi kegamaan berhubungan dengan QS. Al-Baqarah ayat 201 bahwa
dimensi agama itu memiliki kata kunci Iman dan Takwa. Tidak mungkin individu
bisa meyakini bahwa ada kehidupan selain di dunia yaitu kehidupan di akhirat.
Jika seorang individu tersebut tidak beriman dan bertakwa dan ditegaskan lagi
di dalam ayat ini bahwa ada kehidupan setelah kehidupan akhirat dan akan adanya
balasan dari setiap amalan manusia di dunia yaitu berupa syurga dan neraka.
Jadi jika seseorang individu memiliki keimanan dan ketakwaan sudah pasti dia
meyakini hal tersebut.
D.
Kasus dan Penyikapan
Terhadap Kasus
Istilah
“Kasus”dalam bimbingan dan konseling digunakan sekedar untuk menunjukkan bahwa
ada permasalahan tertentu pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian
dan pemecahan demi kebaikan orang tersebut. Untuk memahami permasalahan seorang
individu dan untuk mendapatkan jalan keluar tepat dan berhasil, sehingga ia
bisa kembali pada keadaan yang menyenangkan dan membahagiakan.
E.
Pemahaman Terhadap
Kasus
Dalam
rangka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sebuah kasus perlu
dilakukan penjelajahan yang luas dan intensif, dari penjelajahan yang luas dan
intensif akan terungkap berbagai hal yang akan memberikan gambaran dan
pemahaman yang lebih luas dan komprehensif tentang kasus itu. Seorang konselor
perlu mengembangkan konsep atau ide-ide mengenai masalah, tetapi konselor tidak
boleh terikat dan secara kaku berpegang pad aide-idenya, karena bisa jadi
ide-ide yang dikembangkan itu tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan
kenyataan yang diperoleh melalui pendalaman masalah.
F.
Penanganan Terhadap
Kasus
Penanganan
kasus adalah keseluruhan perhatian dan tindakan seseorang terhadap kasus (yang
dialami oleh seseorang) yang dihadapkan kepadanya sejak awal sampai dengan
akhirnya perhatian atau tindakan tersebut.
Dalam
menangani sebuah kasus, seorang konselor melakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
1.
Pengenalan
awal tentang kasus (dimulai sejak awal kasus itu dihadapkan);
2.
Pengembangan
ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam kasus itu;
3.
Penelaahan
lebih lanjut tentang segala seluk beluk kasus tersebut;
4.
Mengusahakan
upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan.
G.
Penyikapan Terhadap
Kasus
Penyikapan
pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi dan perlakuan terhadap
obyek yang disikapinya.
1.
Unsur-unsur
kognisi yang mendasari penyikapan terhadap kasus pada garis besarnya adalah
sebagai berikut:
a.
Keyakinan dan
penghayatan bahwa manusia ditakdirkan sebagai mahluk yang paling indah dan
berderajat paling tinggi.
b.
Pemahaman dan
penghayatan bahwa untuk menuju perwujudan manusia seutuhnya empat dimensi
kemanusiaan harus dikembangkan secara serempak dan optimal.
c.
Pemahaman dan
penghayatan setiap orang dapat mengalami permasalahan dalam hidupnya dan dapat
mengganggu perkembangan keempat dimensi kemanusiaannya.
d.
Pemahaman dan
penghayatan diperlukan teknik dan strategi dalam mengatasi masalah yang dialami
seseorang.
2.
unsur-unsur
kognitif tersebut diatas dapat diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang
mencerminkan kecenderungan efektif, seperti:
a.
Memberi
penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap kehidupan manusia.
b.
Konselor
berupaya ikut mengembangkan empat dimensi kemanusiaan secara serasi dan
seimbang.
c.
Merasa
prihatin dan menaruh simpati kepada orang-orang yang mengalami masalah.
d.
Berusaha
seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang dimiliki untuk membantu
menyelesaikan permasalahan seseorang dengan cepat dan tepat.
3.
Kemudian
pemahaman dan penghayatan yang diwarnai oleh kecenderungan efeksi itu dapat
secara nyata diwujudkan dalam bentuk perlakuan terhadap kasus dan upaya
penanganannya. Perlakuan itu antara lain dapat berbentuk:
a.
Menerima kasus
yang dipercayakan kepadanya dengan penuh rasa tanggung jawab
b.
Mengembangkan
wawasan tentang kasus itu secara lebih rinci, baik mengenai sebab timbulnya
permasalahan maupun akibatnya jika permasalahan tidak ditangani
c.
Mengembangkan
strategi dan menerapkan teknik-teknik yang tepat untuk mengatasi sumber-sumber
pokok permasalahan
d.
Melibatkan
berbagai pihak, sumber dan unsur jika diyakini hal-hal tersebut akan membantu
pemecahan masalah
e.
Mengkaji upaya
pemecahan masalah sampai seberapa jauh upaya tersebut menampakkan hasil.
Kasus dan penyikapan terhadap kasus berkaitan dengan
hadits riwayat muslim.
Artinya: “Hak seseorang Muslim pada muslim lainnya ada enam: jika
berjumpa hendaklah member salam, jika mengundang dalam sebuah acara, maka
datangilah undangannya, bila dimintai nasehat, maka nasehatilah dia, jika
memuji Allah dalam bersin, maka do’akanalah, jika sakit jenguklah ia, dan jika
meniggal dunia, maka iringilah kekuburannya.”
Menurut analisa saya hadits riwayat Muslim ini
berhubungan dengan kasus dan studi kasus karena di dalam hadits in ditegaskan
bahwa seorang muslim memiliki enam hak terhadap muslim lainnya, diantara enam
hak tersebut ialah, bila diminta nasehat, maka nasehatilah dia, jadi jika
seorang klien meminta bantuan kepada konselor baik itu nasehat maupun saran
yang dapat membantu klien dalam mengahadapi masalahnya maka seorang konselor
sekaligus sebagai seorang muslim harus membantu meringankan serta memberikan
ususl, nasehat, dan saran kepada klien, agar klien dapat menghadapi dan
mengatasi masalahnya, sehingga hidup klien bisa menjadi lebih tenang dan bahaya
tanpa adanya masalah yang memberatkan hidup klien.
H.
Tujuan Bimbingan
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar
individu dapat
1. Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi,perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang
akan datang.
2. Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan
diri dengan lingkungan pendidikan,lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya.
4.
Mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan,masyarakat,maupun lingkungan kerja.
a. Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial individu
adalah sebagai berikut:
1) Memiliki
komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memiliki
sikap toleransi terhadap umat beragama lain.
3) Memiliki
pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif.
4) Memiliki
pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif.
5) Memiliki
sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
b.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik adalah sebagai
berikut:
1)
Memiliki
sikap dan kebiasaan belajar yang positif.
2)
Memiliki
motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
3)
Memiliki
keterampilan atau teknik belajar yang efektif
4)
Memiliki
keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
c.
Tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut:
1)
Memiliki
pemahaman diri yang terkait dengan pekerjaan.
2)
Memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja.
3)
Memiliki
kemampuan untuk membentuk identitas karir.
4)
Memiliki
kemampuan merencanakan masa depan.
Tujuan bimbingan ini berkaitan dengan QS. Al-Isra’ ayat 82
Artinya: “ dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Menurut
analisa saya kaitan antara tujuan bimbingan dengan QS. Al-Isra’ ayat 82 ialah
bahwa di dalam Surat ini telah ditegaskan bawa al-Qur’an itu dapat dijadikan
sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, jadi seorang konselor
muslim dalam membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya harus berpedoman
kepada Al-Qur’an Karena Al-Qur’an akan data dijadikan sebagai penawar dan
rahmat sehingga apa yang menjadi tujuan bimbingan yang diinginkan bisa terwujud
serta tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Menurut tafsir
tematik cahaya Al-Qur’an, Al-Qur’an merupakan mukjizat Muhammad SAW yang abadi,
yang diurnkan Allah berbagai cahaya dan petunjuk. Di dalamnya terdapat obat
bagi jiwa yang sakit karena penyakit hati dan penyakit kemasyarakatan, seperti
akidah yang sesat dan menyingkap hati yang tertutup, sehingga menjadi obat bagi
hati seperti layaknya ramuan obat-obatan.
I.
Fungsi Bimbingan
Konseling
1.
Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud disini, adalah
pemahaman tentang diri klien dan permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh
pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang klien oleh klien.
Fungsi
pemahaman berhubungan dengan QS at-Tariq ayat
2.
Fungsi Pencegahan
a.
Pengertian pencegahan
1)
Pencegahan adalah
menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada klien.
2)
Mencegah adalah meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri dan
dukungan dari kelompok.
b.
Upaya Pencegahan
1)
Mendorong perbaikan
lingkungan
2)
Mendorong perbaikan diri
pribadi klien
3)
Meningkatkan kemampuan
individu
4)
Mendorong individu untuk
tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar.
5)
Menggalang dukungan
kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3.
Fungsi Pengentasan
a.
Langkah-langkah pengentasan
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan
secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah yang dihadapi oleh
individu tidak boleh disamaratakan, dengan begitu penanganannya pun harus
secara unik sesuai dengan kondisi masing-masing masalah itu.
b.
Pengentasan Masalah Secara
Diagnosis
Diagnosis dalam pelayanan bimbingan dan konseling
adalah model diagnosis pemahaman, yaitu mengupayakan masalah klien, yaitu
pemahaman terhadap seluk beluk masalah klien, termasuk perkembangan dan
sebab-sebab timbulnya masalah.
c.
Pengentasan Masalah
berdasarkan Teori Konseling
Teori konseling tersebut adalah masalah yang diderita
oleh klien dengan cara, tepat dan cermat.
4.
Fungsi Pemeliharaan dan
Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu
baik yang ada pada diri individu, baik merupakan pembawa maupun hasil-hasil
perkembangan yang telah dicapai selama ini. Fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dalam kegiatan atau program bimbingan dan konseling terkait
langsung pada ke – 3 fungsi yang lain. Dan dalam menjalankan fungsi
pemeliharaan dan pengembangan konselor sering kali tidak dapat berjalan sendiri
melainkan perlu kerjasama dengan pihak lain.
5.
Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap klien untuk
memperoleh hak yang semestinya diperoleh oleh klien tersebut.
Fungsi bimbingan konseling berhubungan dengan QS Ali Imran 110
Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.
Menurut analisa saya, bahwa ayat ini berhubungan
dengan fungsi bimbingan dan konseling karena di dalam ayat tersebut bisa
dikaitkan bahwa seorang konselor harus bisa mencegah agar masalah klien tidak ,
harus bisa menyeru bermasalah dan seorang konselor hars bisa menyeru klien
kepada yang baik dan mencegah agar suatu masalah tidak muncul.
J.
Prinsip-prinsip
Bimbingan Konseling
1.
Pengertian
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling ialah hal-hal
yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling.
Haditon (1967) dalam bukunya mengemukakan Prinsip
bimbingan konseling
1)
Bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk semua usia
2)
Tiap aspek daripada kepribadian
seseorang menentukan tingkah laku orang itu.
3)
Usaha-usaha bimbingan dalam
prinsipnya harus menyeluruh ke semua orang.
4)
Usaha bimbingan harus
bersifat lincah sesuai kebutuhan dan keadaan masyarakat.
2.
Prinsip-prinsip
Bimbingan dan Konseling
1.
Prinsip Umum
a.
Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah
laku individu, perlulah di ingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu
terbentuk dari segala aspek kpribadian yang unik dan ruwet.
b.
Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada
individu-individu yang dibimbing.
c. Bimbingan
harus berpusat pada individu yang dibimbing
d.
Masalah yang tidak dapat diselesaikan disekolah harus
deserah kankepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang
3.
Prinsip-prinsip
Khusus
a.
Prinsip-prinsip yang berhubungan
dengan sasaran layanan, yaitu:
1) Bimibingan dan konseling melayani semua individu
2) Bimbingan
dan konseling berusan dengan pribadi dan tingkah laku individu.
3) Bimbingan
dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan
individu
b.
Prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan permasalahan individu, yaitu:
1)
Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu.
2)
Kesenjangan sosial,ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu.
c.
Prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan program layanan, yaitu:
1)
Bimbingan dan konseling
merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu.
2)
Program bimbingan dan
konseling harus fleksibel.
3) Program bimbingan dan konseling yang disusun secara
berkelanjutan.
d.
Prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan pelaksanaan layanan, yaitu
1) Bimbinagn dan Konseling harus diarahkan untuk perkembangan
individu.
2) Dalam
proses bimbingan dan konseling keputusan yang di ambil hendak dilakukan oleh
individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri
3) Permasalahan
individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berhubungan dengan hadits Malik
bahwa sessungguhnya Raslullah saw bersabda” aku tinggalkan sesuatu bagi kalian
semua, yang jika kalian selelalu berpegang teguh kepadanya niscaya
selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah, sesuatu itu yakni kitabullah
dan Sunnah rasul (H.R Malik)
Dan al-Qur’an surat Ali Imran ayat 103
Artinya: “ dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Menurut analisis saya keterakitannya adalah bahwa
seorang konselor harus mempunyai prinsip terutama prinsip yang diambil dari
Al-Qur’an maka berpegang kepadanya, serta prinsip-prinsip tersebut , maka itu
akan menjadi rel bagi kehidupan agar selalu pada jalur kehidupan yang baik.
Menurut analisis saya bahwa QS. Ali Imran berhubungan
dengan prinsip BK, karena di dalam ayat ini ditegaskan bahwa kita harus
memiliki sebuah komitmen atau prinsip dalam jidup ini terutama dalam
memberikan layanan bimbingan kepada klien seorang
konselor harus memiliki komitmen dan berpegang teguh kepada komitmen yang
berlandaskan Al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad Dardiri, Urgensi Memahami Hakekat Manusia, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, 2014
Brata Sumardi Surya, Psikologi Kepribadian, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001
Jurnal oleh Ida Umami, Pengembangan Dimensi Kemanusiaan Dalam Pendidikan Islam,Didaktika
Religia Volume 3 No. 2, 2015
Jurnal Pengajian Umum oleh Abdul Latif Samian, Satu Ulasan Tentang Definisi Manusia, 2004
M. Sastrapratedja, Manusia
Multi Dimensional : Sebuah Renungan Filsafat, Jakarta, PT Gramedia, 1982. Jurnal Saintek, Pengertian
Dasar-Dasar Tentang Kemanusiaan, Universitas Islam Maliki, Malang, 2007
A, Hallen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Ciputat Press.
Prayitno. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta,
Prayitno, H. dan Erman Amti. 2015. Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta,
Winkel, Srihastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Hikmawati,
Fenti. 2011. Bimbingan Konseling.
Jakarta : Rajawali Pers.
Syahril, Riska Ahmad. 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang: Angkasa Raya.
Syamsu, Yusuf dan Ahmad Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.
Prayitno. & Amti Erman. (2009). Dasar-Dasar
Bimbingan Dan Konseling. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
A,
Hallen, 2002 , Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ciputat Perss
No comments:
Post a Comment